Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Perlunya Kenabian dalam Kehidupan

1 Pendapat 05.0 / 5

1. Manusia dengan segala kecerdasannya tidak akan mengetahui secara pastibagaimana jalan menuju Allah SWT.
    
2. Ketika para Nabi diutus, mereka harus membuktikan bahwa mereka adalah Nabi. Karenanya diperlukan bukti atau dalil yang menjelaskan bahwa mereka adalah Nabi, dan itu adalah yang disebut mukjizat.
    
3. Nabi harus orang yang terbebas dari kesalahan untuk menerima risalah dari Allah. Karena dengannya wahyu yang suci dapat diterima untuk disampaikan kepada masyarakat. Dan itulah perlunya kemaksuman.

Pembahasan tersebut, masih menyisakan pertanyaan mengapa Allah mengutus banyak Nabi ke tengah umat manusia? Mengapa tidak dari awal saja, satu Nabi yang hidup selamanya agar membimbing manusia?

Ada beberapa dalil. Pertama, manusia hidup dengan batasan umur tertentu. Nabi yang juga adalah manusia, maka mereka pun memiliki batasan usia yang menjadikan masa kenabiannya pun terbatas pada periode tertentu.

Kedua, zaman dan tempat juga mempengaruhi tingkat penerimaan manusia akan kabar dari Nabi.

Ketiga, zaman dahulu tidak memungkinkan pesan-pesan Nabi dapat didengar oleh orang di seluruh penjuru dunia, kecuali terbatas pada wilayah-wilayah tertentu.

Keempat, sejarah manusia yang ketika nabinya meninggal, ajarannya menjadi berubah. Sebut saja contoh umat Nabi Isa yang mengajarkan tauhid, sampai sekarang ajaran itu menjadi ajaran trinitas.

Kesimpulannya, bahwa usia para nabi terbatas. Kondisi setiap zaman berbeda dan menuntut keadaan yang juga harus berbeda dan terbatas sampainya pesan Nabi, maka dapat disimpulkan bahwa perlunya diutus banyak Nabi di bumi ini sepanjang zaman ini.

Kita tahu bahwa jumlah Nabi itu banyak, tetapi tidak bisa kita temukan berapa jumlah pasti Nabi yang telah diutus. Karena di Alquran hanya disebut 25 nama. Maka melalui riwayatlah kita dapat mengetahuinya. Riwayatlah yang akan menceritakan berapa jumlah Nabi yang pernah di utus. Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi yang telah diutus sejumlah 124.000 ke tengah manusia di sepanjang zaman dari Nabi pertama Nabi Adam, dan Nabi terakhir adalah Muhammad Saw.

Di antara para Nabi, terbagi dua kelompok. Ulul Azmi dan yang bukan Ulul Azmi. Dalam Alquran disebutkan tanda-tanda Nabi yang berbeda, tetapi tidak disebut sebagai Ulul Azmi. Melalui riwayat, kita dapat mengetahui dan menyebutkan para Nabi Ulul Azmi. Riwayat menyebutkan Nabi Ulul Azmi adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.

Ulul Azmi, adalah Nabi yang memiliki kelebihan yaitu karena paling besar kesabarannya dan Nabi yang membawa syariat untuk zamannya. Syariat yang diajarkan di setiap periode akan disempurnakan oleh Nabi Ulul Azmi setelahnya. Semua Nabi yang sezaman, akan mengikuti syariat dari nabi Ulul Azmi.

Kita bisa menyimpulkan bahwa dalam satu zaman bisa jadi ada lebih dari satu Nabi, tetapi tidak mungkin dalam satu zaman adalah lebih dari satu Nabi Ulul Azmi. Seperti di zaman Nabi Musa ada Nabi Harun, Nabi Ibrahim dan Nabi Luth, Nabi Yahya dan Nabi Isa, dst.

Ada riwayat bahkan menyebutkan bahwa ada satu kaum yang sehari-harinya memburu dan membunuh para nabi. Bahkan sehari mereka membunuh sekitar 70 Nabi. Ini menunjukkan bahwa nabi yang hidup sezaman, ada banyak.

Berdasarkan ayat suci Alquran, para nabi akan saling melengkapi dan mengabarkan bahwa akan ada Nabi setelah mereka. Kedua, tidak ada Nabi yang menyampaikan ajaran dan meminta imbalan atas jerih payah yang dilakukannya, kecuali Nabi Muhammad.

Dalam ayat “Qul la asalukum alaihi ajron, illal mawaddatan fi qurba…”, yang berarti “katakanlah (wahai Rasul) aku tidak meminta sedikitpun upah dari kalian, kecuali kecintaan kalian ataa keluargaku.” Atas seizin Allah Nabi Muhammad meminta imbalan ini dari umatnya. Keuntungan dari imbalan tersebut, bahkan kembali lagi kepada umatnya.

Status para Nabi yang berbeda, misal selain menyampaikan risalah ia juga mengemban pemerintahan seperti Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, namun ada juga yang berdakwah bahkan selama 25 tahun namun tidak diterima oleh umatnya atau sedikit sekali pengikutnya seperti Nabi Nuh as.

Pelajaran yang juga bisa kita ambil dari status kenabian ini adalah, jika kita melihat kehidupan seseorang yang kehidupannya selalu dalam kesulitan, bukan berarti dia melalui hidupnya dipenuhi dengan sebuah kedzaliman/ keburukan. Dan sebaliknya, ketika hidupnya dalam kenyamanan dan kesenangan, juga jangan kita anggap bahwa mereka hidup dengan kebaikan selama hidupnya.

Karena dalam sejarah, kita menyaksikan bahwa tidak selalu begitu. Bahkan banyak orang zalim, hidup dalam kondisi nyaman dan kesenangan. Sebaliknya, para Nabi yang mulia bahkan sebagian hidup dalam keadaan yang sulit dan menderita.