Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Seruan Berfikir dalam Perspektif al-Quran (1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Akal dan pikiran merupakan karunia paling mulia yang diberikan Allah Swt kepada manusia.  Orang-orang yang tidak berpikir dan menolak untuk menghamba kepada Tuhan, dipandang sebagai mahkluk yang lebih buruk daripada binatang: “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya di sisi Allah ialah orang-orang yang bisu dan tuli yang tidak mengerti apa-apa pun.” (Qs. Al-Anfal [8]:22).

Dalam Islam, akal dan agama adalah satu hakikat tunggal dan sesuai dengan sebagian riwayat, dimanapun akal berada maka agama akan selalu mendampingi, tidak ada jarak yang terbentang antara iman dan kekurufan kecuali dengan kurangnya akal.

Menggunakan pikiran dan akal secara benar dan tepat adalah apabila akal digunakan  dalam rangka ibadah dan penghambaan. Imam Shadiq As ketika ditanya tentang apakah akal itu?” Imam Shadiq As menjawab, “Sesuatu yang dengannya Tuhan disembah dan surga diraih.” (Kulaini, al-Kâfi, jil, 1, hal. 11)

Jadi untuk mencerap realitas-realitas segala sesuatu, baik dan buruk, petunjuk dan kesesatan, kesempurnaan dan kebahagiaan, dan lain sebagainya diperlukan cahaya yang disebut sebagai sebuah anasir Ilahi yang terpendam dalam diri manusia. Anasir ini adalah akal dan fitrah manusia dalam artian sebenarnya.

Akal dalam pandangan al-Quran dan riwayat, bukan semata-mata akal kalkulatif dan logika Aristotelian. Keduanya meski dapat menjadi media bagi akal namun tidak mencakup semuanya.

Berdasarkan hal ini, harap diperhatikan, berpikir dalam al-Quran tidak serta merta bermakna menggunakan akal yang dikenal secara terminologis.  Tatkala al-Quran menyeru untuk berpikir dan merenung dalam rangka penghambaan yang lebih serta terbebas dari belenggu kegelapan dan kesilaman jiwa, boleh jadi merupakan salah satu tanda berpikir dan berasionisasi.

Dalam pandangan ini, kedudukan akal dan pikiran sedemikian tinggi dan menjulang sehingga Allah Swt dalam al-Quran, tidak sekali pun menyuruh hamba-Nya untuk tidak berpikir atau menempuh jalan secara membabi buta.

Menurut Allamah Thabathabai dalam Tafsir al-Mizan, Allah Swt dalam al-Quran menyeru manusia sebanyak lebih dari tiga ratus kali untuk menggunakan dan memberdayakan anugerah pemberian Tuhan ini, dimana ayat-ayat ini dapat diklasifikasikan secara ringkas sebagaimana berikut:

1. Mencela secara langsung manusia yang tidak mau berpikir:

Pada kebanyakan ayat al-Quran, Allah Swt menghukum manusia disebabkan karena mereka tidak berpikir. Dengan beberapa ungkapan seperti, “afalâ ta’qilun”, “afalâ tatafakkarun”, “afalâ yatadabbaruna al-Qur’ân” yang disebutkan secara berulang sebanyak 20 kali, Allah Swt mengajak mereka untuk berpikir dan menggunakan akalnya.

 

Bersambung ...