Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dimensi Keteladanan Sayidah Fathimah as; Itsar, Dakwah & Pendidikan Umat, dan Memanusiakan Pelayan (1)

1 Pendapat 05.0 / 5

 

Itsar & Peka Sosial

Salah satu dampak negatif kehidupan zaman modern ialah semakin meratanya hidup individualistis dan kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Di sekeliling kita masih banyak orang yang sangat memerlukan, jika ingin menjadi pengikut sejati Fathimah az-Zahra as, kita tidak boleh tinggal diam berpangku tangan. Disebutkan, dalam doa-doanya beliau senantiasa mendoakan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Pada suatu malam, Imam Hasan as bertanya kepada beliau, “Kenapa ibunda dari tadi hanya mendoakan orang lain?”, beliau menjawab, “Tetangga, lalu penghuni rumah.”[1]

Beliau bukan saja peka sosial, namun juga lebih mementingkan kepentingan orang lain meskipun beliau sendiri perlu, “Dan mereka mengutamakan orang lain atas diri mereka meskipun mereka juga memerlukani.”[2], itulah puncak pengorbanan dan itsar.

Suatu hari, seorang miskin mendatangi Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah menawarkan kepada jamaahnya untuk menjamunya. Imam Ali as yang menyanggupinya dan membawanya ke rumah.

“Apakah ada makanan di rumah?” tanya Imam Ali as pada Fathimah az-Zahra as. “Ada, tapi hanya sedikit, hanya cukup untuk makan anak kecil.” Kemudian beliau memberikan makanan itu pada orang miskin, sementara beliau memilih menahan lapar.[3]

Suatu hari, seorang laki-laki tua, miskin berkata, “Wahai Rasulullah, aku ini miskin, lapar, tidak punya baju, tolonglah aku!”

Kala itu Rasulullah tidak memiliki sesuatu apapun di rumahnya. Namun, beliau tidak ingin mengecewakannya, lalu beliau menyuruh Bilal mengajak laki-laki tua itu ke rumah Sayidah Fathimah as. Beliau memberinya bantal dari kulit milik Imam Hasan as dan Imam Husein as, karena hanya itu yang beliau miliki. Namun, orang tua itu berkata, “Ini tidak cukup untuk mengobati lukaku.”

Kemudian Sayidah Fathimah as memberikan kalung hadiah dari sepupunya, “Juallah kalung ini, insyaAllah bisa mencukupi semua kebutuhanmu.”[4]

Juga, sebab turunnya beberapa ayat dari surat Al-Insan, “Dan mereka memberikan makanan yang dibutuhkannya kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan…”[5]  ialah karena pengorbanan Fathimah az-Zahra as beserta suami dan kedua anaknya. Mereka memberikan hidangan buka mereka selama tiga hari; hari pertama kepada seorang pengemis, hari kedua kepada anak yatim dan hari ketiga kepada seorang tawanan. Karena itu selama tiga hari berturut-turut mereka hanya berbuka dengan air saja.

Dan kisah lainnya seperti beliau memberikan baju pengantinnya kepada peminta-minta. Inti pesan dari prilaku Fathimah az-Zahra as adalah ‘kepekaan dan kepedulian’ pada lingkungan sekitar dan orang-orang yang membutuhkan. Sayangnya, rasa ini di zaman modern yang cenderung matrealistis, sudah mulai terkikis.Tuntutan hidup matrealistis membawa seseorang hidup hedonis dan mementingkan kesenangan sendiri.