Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ketahuilah Keutamaan Fathimah, Jangan Hanya Namanya

0 Pendapat 00.0 / 5

Dalam tradisi Ahlulbait, ada hari-hari yang disebut sebagai Ayyamul Fathimiyah. Ada beberapa pendapat yang menyebutkan kapan hari syahid Sayidah Fathimah. Ada yang menyebutkan 8 Rabiulakhir atau 45 hari paska wafat Rasulullah, ada yang menyebut 13 Jumadilawal atau 75 hari paska wafat Rasulullah, dan pendapat ketiga adalah 3 Jumadilakhir atau 95 hari paska wafat Rasulullah Saw. Dan para ulama berpendapat bahwa riwayat kedua dan ketiga yang lebih kuat.

Kita perlu menjadikan ayyamul Fathimiyah ini sebagaimana kita memperingati hari-hari duka saat kita memperingati syahidnya Aba Abdillah Al-Husain. Karena, “Barang siapa membuat gembira Fathimah, sama saja ia membuatku gembira. Dan barangsiapa membuat marah Fathimah, maka ia juga telah membuatku marah.”

Ali Syariati mengatakan bahwa tangan mungil Fathimah sangat berjasa dalam perjuangan dakwah Rasulullah Saw.

Saat wafat Abu Thalib dan Khadijah, berbondong-bondong mengejek dan menghina Rasulullah. Dan saat itu, Fathimah kecillah yang membela Rasulullah Saw.

Sebuah riwayat dari Abu Jabir, suatu hari Rasulullah keluar sambil menuntun tangan sayidah Fathimah Azzahra. Nabi bersabda, “Barangsiapa yang sudah mengenalnya, maka kenallah ia. Tapi bagi yang tidak mengenalnya, maka ketahuilah bahwa ia Adalah Fathimah binti Muhammad”.

“Fathimah adalah bagian dariku. Dia adalah jantung hatiku. Ia adalah nyawa dalam diriku. Dan ia adalah manusia paling mulia dalam diriku”. Pelajaran yang sangat agung, menyebutkan bahwa Fathimah adalah bagian dari Nabi Muhammad yang darinya akan lahir pribadi-pribadi suci keturunan Nabi Muhammad Saw. Dan ini adalah keutamaan yang hanya dimiliki Sayidah Fathimmah sa.

Fathimah adalah jantung hatiku, menunjukkan bahwa posisi Fathimah adalah sangat penting bagi Nabi Muhammad. Bahkan Nabi Muhammad menyebutkan bahwa Fathimah adalah nyawanya.

Ketika kita berbicara keutamaan dan kemuliaan Fathimah, tidak akan pernah ada habisnya bahkan Keutamaan-keutamaannya tak pernah terjangkau oleh akal kita yang terbatas.

Keutamaan yang disebut Nabi ini, bukan untuk mengkampanyekan kepada mmasyarakat, tetapi beliau ingin memberitahukan bagaimana masyarakat harus menempatkan Fathimah dalam kehidupan masyarakat.

Nama Fathimah cukup populer di tengah masyarakat, namun keutamaan-keutamaan Fathimah tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum. Sebagian bahkan mengatakan tidak lebih utama dari istri-istri Nabi. Mereka tidak memahami makna “Sayidatunnisa’il alamin”, tidak memahami makna “barangsiapa menyakitinya, maka ia menyakiti Rasulullah”, dan banyak riwayat lain.

Sebagian kita tidak bisa menghargai Sayidah Fathimah, karena kekerdilan jiwanya yang tidak mampu memahami keutamaan Azzahra sa.

Dalam riwayat, disebutkan bahwa Salman ketika bertemu dengan Fathimah Azzahra, ia memposisikan diri sebagai budak rendah di hadapannya. Sedemikian rupa, saking hormatnya kepada Sayidah Fathimah.

Rasulullah bahkan setiap subuh saat akan menuju masjid, beliau berbelok ke rumah Fathimah dan mengetuk pintunya untuk mengatakan “Assholah ya Ahlabaiti Rasulillah”. Rasulullah begitu tinggi menempatkan dan memperlakukan Ahlulbaitnya.

Di riwayat lain, Abu Dzar Al-Ghifari, yang terkenal pecinta Rasulullah yang sangat besar perhatiannya kepada orang-orang mustadhafin. Setelah wafat Rasulullah, ialah di antara yang paling getol membela Imam Ali as. karena Imam Ali adalah yang juga paling getol membela mustadhafin.

Di akhir hayatnya, Abu Dzar menyampaikan hadits Tsaqalain dengan menunjukkan telunjuk kanan dan kiri sebagai permisalan Alquran dan Ahlulbait. Ketika ditanya, ia mengatakan bahwa Alquran dan Ahlulbait adalah sandingan yang sama. Saat wajib bagi kita untuk mengikuti Alquran, maka wajib juga harus mengikuti Ahlulbait yang juga merupakan petunjuk yang kita butuhkan dalam hidup kita. “Hudan lil muttaqin”.

Alquran dan Ahlulbait adalah petunjuk yang tidak akan membuat kita tersesat dalam menjalani kehidupan kita. Karenanya Rasulullah mengatakan bahwa permisalan Ahlulbait adalah seperti Kapal Nabi Nuh. Karenanya, untuk memahami Alquran, perlu kepada adanya pemelihara kemurnian ajaran Alquran, yaitu Ahlulbait.