Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Islam, Sains dan Teknologi (2) part 1

0 Pendapat 00.0 / 5

Insulin diperlukan oleh mereka yang menderita diabetes, dan interferon diperlukan oleh mereka yang mengidap kanker. Tetapi, bioteknologi juga telah dipakai untuk mengembangkan senjata biokimia yang dapat memusnahkan ternak, tanaman, dan bahkan manusia. Karena sangat erat kaitannya dengan umat Islam, maka secara khusus akan dipaparkan bioteknologi yang digunakan untuk “membuat” manusia.

Teknologi ruang angkasa telah melahirkan satelit yang dapat digunakan untuk navigasi, ramalan cuaca, memonitor sumber-sumber alam, menunjukkan masalah populasi, kegagalan panen, atau penyakit hewan. Pada saat yang sama, lebih dari 1.800 satelit yang sekarang berada di ruang angkasa telah dipakai untuk tujuan-tujuan militer, di samping untuk menghancurkan sesama satelit, sehingga ruang angkasa penuh dengan sampah-sampah radioaktif.

Teknologi pengubah lingkungan dapat dipakai untuk menyelamatkan suatu daerah dari bahaya banjir, mencegah desertifikasi (meluasnya gurun) atau menyediakan air bagi daerah yang kekeringan. Namun, teknologi ini juga telah dapat digunakan untuk peperangan geofisis: menimbulkan kebakaran hutan, penyimpangan air sungai, gempa bumi, gelombang laut, atau ledakan vulkanis.

Ada satu perkembangan teknologi yang dapatb merisaukan kita, yaitu rekayasa genetika. Lewat rekayasa ini, dimungkinkan untuk “membuat” bayi manusia. Sekarang ini, ada delapan kemungkinan (cara) yang telah ditemukan – empat di antaranya akan coba dijelaskan secara ringkas:

1. Inseminasi artifisial

Inseminasi artifisial (buatan) bermula setelah ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma yang dibungkus dalam glisero, kemudian dibenaman ke dalam cairan nitrogen, dan dibekukan pada tempratur -321 selsius F dapat bertahan cukup lama. Beberapa bayi telah dilahirkan dari sperma yang dawetkan selama tiga belas tahun. Bila seorang wanita diinseminasi dengan sperma suaminya, walaupun tidak melalui hubunga seksual, hal itu tidak menjadi persoalan. Persoalan mulai timbul, mislanya, jika suami menyimpan spermanya di bank pada waktu muda (bank-bank sperma sudah banyak di Amerika Serikat), kemudian baru menggunakannya pada istrinya bertahun-tahun kemudian; atau istri menarik sperma suaminya dari bank setelah suaminya meninggal dunia. Bila terjadi kehamilan, bagaimana kedudukan anak itu? Itulah masalah yang timbul dengan kemungkinan pertama.

 

Bersambung ...