Tujuan Perjuangan Politik Para Imam Maksum a.s. (1)
Perjuangan politik bukanlah semata debat teologis atau sebatas perjuangan bersenjata, tetapi merupakan perjuangan dengan sebuah tujuan politik. Apakah tujuan politik dari perjuangan tersebut? Tujuan politik dari perjuangan itu ialah pendirian atau penegakkan sebuah pemerintahan islami. Yakni, sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh orang-orang saleh, sebagaimana diinginkan dan dilakukan oleh Imam Ali bin Abi Thalib a.s.
Sejak wafat Rasulullah Saw hingga 260 H, para Imam a.s. selalu melakukan upaya pewujudan sebuah pemerintahan Ilahi dalam masyarakat Islam. Ini yang bisa kita simpulkan dari pendapat utama mereka. Namun, itu bukan serta merta menganggap setiap Imam bersikeras mendirikan pemerintahan Islam pada masanya sendiri. Maksudnya, mereka sejatinya memiliki sebuah pandangan ke depan yang tegas untuk mewujudkan tujuan (tegaknya pemerintahan Islam) tersebut.
Mereka memformulasi kesempatan dan gerakan terbatas yang mereka miliki dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sebagai contoh, Imam Hasan bin Ali al-Mujtaba a.s. berupaya mendirikan sebuah pemerintahan Islami di kesempatan jangka pendeknya. Jawaban Imam Hasan atas pertanyaan orang-orang seperti Musayib dan Ibnu Najbah yang menanyakan alasan diamnya Imam Hasan, mengindikasikan bahwa Imam Hasan punya rencana untuk pendirian sebuah pemerintahan Islam di masa depan. Beliau mengatakan pada mereka: “Kita tidak tahu; ini mungkin sebuah ujian bagimu dan sebuah janji untuk masa datang.”
Kita dapat mengerti -jika langkah Imam Hasan berada dalam kerangka jangka pendek maka-perjuangan Imam Sajjad a.s. direncanakan untuk meraih tujuan jangka menengah. Sementara perjuangan Imam Muhammad Baqir untuk meraih tujuan tunggal mereka didesain dalam kerangka jangka pendek. Begitulah seterusnya. Setelah syahidnya Imam kedelapan, Imam Ali Ridha a.s., perjuangan para Imam ditujukan untuk menyempurnakan tujuan itu dalam kerangka dan pola jangka panjang.
Memang, masalah penegakan pemerintahan Islam mengundang variasi pendapat dari masa ke masa, namun secara ringkas dapat dikatakan bahwa upaya mewujudkan pemerintahan Islam itu selalu berusaha ditampakkan para Imam a.s. Selain aktivitas kerohanian yang tak pernah lepas dari keseharian para Imam berkenaan dengan penyempurnaan diri manusia dan kedekatannya dengan Allah Swt, aktivitas mereka yang lain, termasuk pendidikan dan pengajaran mereka, hadis-hadis, tradisi Islam, teologi, debat-debat dengan para pendebat saintifik, dukungan dan bantuan mereka terhadap kelompok tertentu, atau penolakannya terhadap kelompok lain, dan lain sebagainya, semuanya merupakan tuntunan, atau bahkan perintah menuju tujuan penegakan sebuah pemerintahan Islam. Inilah pilar pendirian mereka.
Tentu saja, masalah ini telah dan akan terus membuka ruang, perdebatan dan diskusi yang tak berhenti. Saya pun tidak menuntut agar pemahaman saya terhadap masalah ini harus diterima. Namun, saya meminta dengan sungguh-sungguh agar pandangan atas masalah tersebut bisa diikuti secara hati-hati dan dipelajari dari perspektif dan pendekatan yang saya maksud, sembari mengecek ulang sejarah kehidupan para Imam suci. Sudah selayaknya kita menyediakan sekian waktu guna memperoleh pemahaman rasional dan pengertian sejarah yang masuk akal atas sepak-terjang para Imam, baik gerak dan sikap mereka sebagai suatu arus berkesinambungan (dari Imam satu ke Imam berikutnya) maupun kehidupan di tiap masa dan individunya.
Ada sebagian bukti bersifat umum. Contohnya, kita mengetahui dengan baik bahwa Imamah (kepemimpinan Islam) adalah kelanjutan dari nubuwah (kenabian). Dan Nabi Saw adalah juga seorang Imam. Imam Jakfar Shadiq a.s. menegaskannya dengan mengatakan: “Sesungguhnya, Nabi
Muhammad Saw adalah seorang Imam…” (Bihar al-Anwar, 102/17)
Rasulullah Saw bangkit untuk membangun sebuah sistem berdasarkan pengajaran dan keadilan Ilahi melalui garis perjuangan yang berkesinambungan. Beliau menjaga dan melindungi sistem tersebut sepanjang hidupnya. Karena itu, sang Imam, yang kepemimpinannya merupakan kelanjutan dari kepemimpinan Nabi Saw, tidak pernah mengabaikan sistem yang telah dibangun penghulu para nabi tersebut.
Ini adalah argumen umum, yang dapat diikuti melalui diskusi panjang dan perhatian yang hati-hati terhadap berbagai aspek. Beberapa hujah lain diambil dari pernyataan para Imam, atau didasarkan pada aturan, petunjuk dan gaya hidup mereka. Sesungguhnyalah, suatu studi yang menyeluruh terhadap kondisi yang melingkupi hidup para Imam akan sangat menolong pemahaman atas maksud langkah-langka mereka. Ketika ada pernyataan, “Seseorang yang disiksa di kedalaman sel bawah tanah nan gelap dan kaki-kakinya terluka oleh rantai dan borgol”, maka itu merujuk pada Imam Musa Kazhim a.s. Kita dapat menyingkap perjuangan Imam Kazhim melalui penjara nan gelap itu. Arah dan garis gerakan para Imam itulah yang saya ingin diskusikan, dengan menawarkan suatu pendekatan yang saya sebut di atas.
Bersambung ....