Tujuan Perjuangan Politik Para Imam Maksum a.s. (2)
Sifat Perjuangan Para Imam
Watak dan sifat perjuangan para Imam berbeda dengan sekadar debat-debat teologi dan perjuangan bersenjata. Mereka yang mengenal sejarah dari abad ke-2 H dan telah mempelajari aktivitas Dinasti Abbasiyah (Bani Abbas) sebelum abad pertama hijriah sampai 139 H (saat mereka memegang kekuasaan) akan mengapresiasi dengan baik perjuangan politik para Imam yang begitu sengit dan gigih menghadapi tekanan para penguasa selama periode itu.
Tentu saja, perbandingan antara dua cara yang ditempuh para Imam dan pengikutnya di satu sisi dengan Bani Abbas di sisi lain tak akan jelas dan berkesan jika tidak hati-hati mempelajari metode perjuangan mereka masing-masing. Ada kesamaan tertentu ditemukan dalam perjuangan para Imam, seperti rencana dan bentuk aktivitas namun tertampak beda dalam target, tujuan, metode dan kepribadian mereka.
Karena itu, tinjauan terhadap mereka kadang-kadang tercampur, yakni, disebabkan oleh kesamaan dari metode, penyebaran dan seruan mereka. Bani Abbas, di tempat seperti Hijaz dan lrak, menganggap diri mereka sebagai para pengikut jalan keluarga Amirul Mukminin Ali a.s., seperti dengan menggunakan gaya ‘musawwadahi’, yang biasanya menggunakan baju warna hitam dalam panggilan-panggilan Bani Abbas di Khurasan dan Rey. Artinya, Bani Abbas biasanya menggunakan baju hitam. Mereka biasanya mengatakan kepada masyarakat, “Baju hitam kami menandakan kesedihan kami kepada syuhada Karbala, Zaid, dan Yahya.” Sebagian dari pemimpin mereka bahkan membayangkan diri mereka sedang bekerja untuk keluarga Imam Ali. (Bihar al-Anwar, 42/61)
Meskipun para Imam meluncurkan suatu bentuk Gerakan serupa itu, tetapi mereka punya tanda berbeda dalam tiga wilayah, yaitu tujuan, latar belakang metode, dan kepribadian mereka. Terdapat satu karakter khas dalam personalitas, cara, dan tujuan yang dibawa dalam hidup dan perjuangan politik para Imam.