Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Abul Hasan Al-Asyari Menentang Pemikiran Takfir

1 Pendapat 05.0 / 5

Telah banyak disinggung pada beberapa seri sebelumnya bahwa pemikiran serta tradisi takfir maupun pelabelan syirik yang merupakan karakter dan watak Wahabi, ditentang oleh al-Quran, hadis, sirah Nabi Saw dan sahabat.

Untuk lebih mempertegas lagi, pada tulisan kali ini akan dipaparkan berbagai pendapat pembesar ulama seputar hal ini.

Tidak berbeda dengan al-Quran, hadis, sirah Nabi Saw maupun sahabat, para tokoh pembesar ulama Islam juga menentang pemikiran takfir.

Abul Hasan al-Asyari, sebagai penggagas mazhab Asyari memberikan komentar berikut:

“Setelah kepergian Nabi Saw, umat berselisih dalam banyak hal. Sebagian menyesatkan sebagian yang lainnya. Suatu kelompok berlepas diri dari kelompok lainnya sehingga menjadi dua kelompok dan golongan yang berbeda, hanya saja Islam mengumpulkan dan menghimpun mereka.[1]”

Dalam pernyataan di atas dapat dilihat bahwa Abul Hasan Asyari memandang bahwa perbedaan mazhab, pemikiran maupun kelompok tidak dapat dijadikan alasan untuk mengklaim satu sama lain keluar dari ruang lingkup agama Islam.

Bahkan dalam literatur lainnya disebutkan bahwa menjelang wafatnya beliau bersaksi di hadapan para sahabatnya bahwa ia tidak mengkafir seorangpun dari “ahlul qiblah” (muslimin):

“Syaikh Abu Thahir al-Qazwini menceritakan di dalam kitabnya Siraj al-Uqul, dari Ahmad bin Zahir al-Sarakhsi; sahabat terbaik Abul Hasan Asyari, ia berkata: ketika syaikh Abul Hasan al-Asyari mendekati wafatnya di rumahku di kota Baghdad, beliau berkata padaku: kumpulkanlah sahabat-sahabatku. Lalu aku mengumpulkan mereka. Setelah itu ia berkata kepada kami: bersaklilah untukku bahwa aku tidak mengatakan untuk melabeli kafir seorang awampun dari ahlul qiblah. Karena aku melihat mereka semua menuju kepada sembahan yang satu dan Islam mengumpulkan dan menghimpun mereka.[2]”   

Di dalam cerita ini disebutkan secara lugas bahwa Abu Hasan Asyari meminta para sahabatnya menyaksikan bahwa beliau tidak pernah mengkafirkan seorangpun dari kalangan kaum muslimin.

Kenyataan ini menambah bukti bahwa sikap Wahabi dalam mengkafirkan kelompok lain, mendapat penentangan dari banyak pihak disamping al-Quran dan Hadis.

[1] Al-Asyari, Abul Hasan Ali bin Ismail, Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Mushallin, jil: 1, hal: cet: al-Nasyarat al-Islamiyah, 1400 H/ 1980 Muslim, ke tiga.

[2] Sya’rani Hanafi, Abdul Wahhab bin Ahmad bin Ali, al-Yawaqit wa al-Jawahir Fi Bayani Aqaid al-Akabir, jil: 1, hal: 50,  cet: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Beirut.