Makan Malam dengan Piring Kosong
Malam itu, seusai melaksanakan salat Isya berjamaah, datang seseorang meminta makan malam kepada Rasulallah Saw.
Beliau, Rasulallah Saw menawarkan kepada para sahabat dan istri-istri beliau untuk menjamu orang tersebut, dan memberikannya makan malam.
Namun sayang tidak ada satupun di antara mereka yang mau menerima orang tersebut, kecuali Imam Ali bin Abi Thalib a.s.
Imam Ali mengacungkan tangannya, tanda menerima tawaran Rasulallah Saw. Kemudian mengajak orang tersebut ke kediamannya.
Setibanya di rumah, Imam Ali bertanya kepada istrinya, Sayyidah Fatimah Az-zahra a.s, “Apa yang kita miliki untuk dimakan malam ini?
Sayyidah Fatimah menjawab, “Tidak ada makanan kecuali hanya untuk satu orang saja,”
Mendengar jawaban tersebut, Imam Ali pun meminta Sayyidah Fatimah untuk menidurkan anak-anaknya, Imam Hasan dan Imam Husein, serta putri-putri beliau.
Dan setelah anak-anak mereka tidur, Imam Ali pun mempersilakan tamunya untuk menikmati makan malam dalam keadaan lampu dimatikan.
Mengapa demikian, demi untuk menjaga perasaan sang tamu, karena dia memakan makanan yang hanya tersedia untuk satu orang, sementara Imam Ali di hadapannya hanya ada piring kosong.
Keesokan harinya, Rasulallah Saw datang menemui Imam Ali dan Sayyidah Fatimah. Rasulallah Saw mengabarkan bahwa Malaikat Jibril a.s datang membawa ayat seperti tertera di dalam Qur’an Surat Al-Hasyr Ayat 9:
وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
“Di antara sifat mereka hamba-hamba Allah Swt adalah yang mengedepankan kepentingan orang lain walaupun dirinya dalam keadaan membutuhkan.”
Itulah keteladanan yang dicontohkan oleh para manusia suci,