Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Peranan Para Imam dalam Mempertahankan Kemurnian Ajaran Islam (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Tahapan Gerakan Risalah yang Dilakukan para Imam a.s.

Jika kita kembali menengok sejarah Ahlulbait a.s. dan kondisi yang meliputi kehidupan mereka, kemudian memperhatikan perjalanan dan sikap mereka, baik secara umum maupun khusus, kita dapat membaginya ke dalam tiga tahap atau tiga periode. Satu bagian dengan bagian yang lain tentu ada perbedaan. Akan tetapi, dalam banyak keadaan dan situasi, mereka memiliki kesamaan. Hanya saja, peranan mereka bermacam-macam sesuai fenomena umum yang terjadi yang merupakan garis pemisah bagi setiap zaman.

Periode pertama dari kehidupan para Imam a.s. adalah periode terjadinya benturan dan penyimpangan setelah wafatnya Rasulullah Saw. Ini terlihat dalam sikap empat Imam: Ali, Hasan, Husain, dan Ali bin Husain a.s. Saat itu, mereka berusaha keras membentengi unsur-unsur mendasar dari ajaran Islam. Meskipun tidak berhasil membinasakan kekuasaan yang menyimpang, mereka mampu menyingkap kepalsuannya dan menjaga ajaran Islam itu sendiri. Mereka tetap menjaga keutuhan umat atau pemerintahan Islam secara umum, terutama yang berkaitan dengan eksistensi Islam dan umat Islam. Mereka selalu berusaha keras membina dan menciptakan kekuatan yang meyakini kepemimpinan mereka.

Periode kedua dimulai dengan lembaran kedua dari kehidupan politik Imam Ali Sajjad a.s. hingga Imam Musa Kazhim a.s. Dalam periode ini ada dua hal yang sangat mendasar sebagaimana dipaparkan di bawah ini.

Pertama, berkaitan dengan khilafah palsu. Para Imam a.s. telah melakukan konfrontasi untuk menelanjangi para khalifah yang berusaha membentengi diri melalui dukungan para ahli hadis dan ulama penasihat mereka. Para ulama saat itu memang banyak yang mendukung para khalifah dalam melegitimasi kekuasaannya, walaupun para Imam pada periode pertama telah menyingkapkan kebohongan garis khilafah dan menyadarkan umat atas penyimpangan besar yang dilakukan pucuk pimpinan setelah Nabi Muhammad Saw wafat.

Kedua, berkaitan dengan pembinaan sejumlah orang saleh yang telah memberikan dukungannya kepada para Imam pada periode pertama. Pada periode ini, para imam maksum melakukan konfrontasi dengan memberikan penjelasan akan garis risalah yang telah diamanatkan kepada para Imam Suci. Langkah tersebut tercermin dalam penjelasan dan pengembangan mereka tentang ajaran teoritis Islam dan membina sekelompok ulama atas dasar ajaran Islam yang dikuasai para Imam a.s. untuk menghadapi ajaran yang diciptakan oleh para penasihat penguasa. Selain itu, mereka juga melakukan pelurusan dengan menyingkap kebohongan kelompok yang diciptakan oleh garis khilafah dan lainnya.

Pada periode ini, para Imam mengguncang kepemimpinan yang menyimpang melalui konfrontasi, di antaranya dengan langkah revolusioner untuk menghadapi orang yang menduduki kursi khilafah Rasulullah Saw setelah revolusi Imam Husain a.s.

Adapun periode ketiga dari kehidupan para Imam Ahlulbait dimulai sejak Imam Musa Kazhim dan berakhir pada masa Imam al-Mahdi a.s., setelah mereka membentengi orang-orang saleh dan menggariskan ajaran secara rinci kepada mereka, baik di bidang akidah, etika dan politik pada periode kedua. Tampak bagi para khalifah bahwa  kepemimpinan Ahlul Bait telah mengarah pada pengendalian kekuasaan. Sementara masyarakat Islam semakin mengarah pada Islam yang sejati. Inilah yang membuat reaksi keras para khalifah terhadap para Imam. Sikap para imam dalam menghadapi para khalifah berbeda beda sesuai dengan sikap para khalifah terhadap mereka, juga sesuai dengan persoalan yang mereka hadapi.

Adapun sikap para Imam terhadap sekelompok orang saleh yang para imam telah menjelaskan garis lurus kepada mereka adalah dengan memberinya motivasi untuk senantiasa berada dalam keteguhan, ketegaran, dan pengembangan. Dari satu sisi langkah itu dimaksudkan untuk menjaganya dari kehancuran, dan dari sisi lain juga sebagai upaya para Imam dalam memberikan tingkat kecukupan diri kepada mereka.

Para Imam telah memberitahukan bahwa setelah melakukan perlawanan terus menerus terhadap para khalifah, mereka dihadapkan pada berbagai bahaya. Bahkan para khalifah itu tidak akan membiarkan para Imam hidup merdeka, apalagi setelah kepalsuan dan kejahatan para khalifah itu terbongkar. Para khalifah sadar bahwa para Imam Maksum memiliki posisi penting di tengah masyarakat yang menjadikan mereka sebagai pemimpin syar’i bagi umat Islam.

Pembinaan terhadap para fuqaha secara luas semakin tampak jelas dalam upaya mengembalikan masyarakat kepada mereka. Masyarakat dilatih untuk menjadikan para ulama yang sejalan dengan garis Ahlulbait a.s. sebagai tempat rujukan dalam segala persoalan. Hal ini dapat juga dijadikan sebagai persiapan terjadinya kegaiban yang tidak mengetahui hakikatnya kecuali Allah Swt. Berita kegaiban ini pernah disampaikan Rasulullah dan pasti akan terjadi.

Melalui perencanaan jangka panjang, para Imam mampu menghadapi berbagai rantai penyimpangan atas kepemimpinan Islam yang ditandai dengan jauhnya umat dari Islam yang benar yang mengakibatkan hancurnya syariat dan runtuhnya ajaran Ilahi secara keseluruhan. Dalam posisi ini, Imam Ali bin Muhammad al-Hadi a.s. telah menunjukkan andil besar dalam periode ketiga dari gerakan Ahlulbait ini. Beliau telah berusaha keras mempersiapkan orang orang saleh untuk memasuki masa kegaiban, dan menjaga garis ini dari tantangan yang terus menerus menggerogoti kemurnian Islam.