Mengenal Ksatria Padang Karbala, Abul Fadhl Abbas (2)
Di Samping Imam Hasan Mujtaba as
Selama masa keimamahan Imam Hasan as, Abbas as dengan segala kemampuan yang dimilikinya selalu berada pada jalan Imam Hasan as. Pada masa ini, dikarenakan penentangan dan permusuhan yang dilancarkan oleh Muawiyah kepada Imam Hasan Mujtaba as dan bahaya mereka yang mengancam Imam Hasan as, Abbas sangat berhati-hati dalam menjaga keselamatan saudaranya. Abbas pada masa imamah Imam Hasan as berkedudukan sebagai “Bab al-Hawaij” (Seseorang yang memenuhi keinginan dan keperluan orang lain karena beliau selalu membantu dan menolong orang yang memerlukan) para penganut Syiah. Orang-orang mustadhafin memperoleh berkah darinya. Orang-orang yang membutuhkan pergi ke rumah Imam Hasan as dan mengatakan keperluannya kepada Abbas. Dalam semua hal ia yang menjelaskan masalah masyarakat kepada saudaranya, Imam Hasan as dan melaksanakan perintah saudaranya tentang mereka. Juga ketika Imam Hasan as syahid, musuh menarik anak panah ke arah jasad Imam Hasan as, olehnya itu Abbas as dengan sigap menarik pedangnya, namun mengingat perkataan imamnya (untuk menahan diri) mengingatkan kita bahwa mengikuti secara totalitas perintah Imam adalah prinsip hidupnya, maka hal ini membuatnya untuk menahan diri.
Bukti paling nyata terkait dengan keberadaan Abbas di samping Imam Hasan as adalah perkataan Imam Shadiq as, pada permulaan Ziarah Abbas berkata, “Salam bagimu wahai hamba yang saleh dan taat terhadap perintah Allah dan yang menaati Amiral Mukminin, Hasan as dan Husain as.”
Abu Fadhl Abbas dan Peristiwa Asyura
Pembawa Air, pada 7 Muharram, ketika Ubaidillah memerintahkan kepada Umar bin Sa’ad untuk mempersempit ruang gerak pasukan Imam Husain as dan tidak memberikan air Sungai Eufrat kepada pasukannya, Imam Husain as memanggil Hadhrat Abu Fadhil dan menyertakan 30 personel penunggang kuda dan 20 personel berjalan kaki bersamanya untuk memenuhi kantong air dan kemudian untuk membawanya ke perkemahan. Hadhrat Abbas dengan pertolongan pasukan yang menyertainya mampu menembus kepungan musuh dan membawa air ke perkemahan. Pada hari Asyura, Hadhrat Abbas atas perintah Imam Husain as juga pergi ke bibir sungai Eufrat untuk mendapatkan air, namun setelah ia memenuhi kantong airnya, dalam perjalanan pulang menuju kemah, pasukan musuh memanah kantong air itu dan memanah Abul Fadhl Abbas as sehingga ia pun mencapai syahadah.
Utusan Sang Imam, malam Asyura atau Tasu’a Umar bin Sa’ad berdiri dihadapan pasukannya dan berteriak lantang: “Hai tentara-tentara Tuhan! Naiklah ke kuda-kuda kalian dan dapatkan kabar gembira dari surga. Demi mendengar seruan musuh, Imam Husain as meminta Abbas untuk berusaha semaksimal bernegosiasi dengan pihak musuh supaya pihak musuh menunda penyerangan sampai besok harinya. Hadhrat Abbas as pergi ke kemah musuh dan berhasil menunda waktu peperangan. Dan masih banyak peran penting lain yang Abas lakukan pada peristiwa Asyura, seperti pelindung perkemahan, pembawa panji Karbala, menggali sumur untuk memperoleh air, pertarungan gagah berani yang berhasil menerobos kepungan musuh.
Mereguk Cawan Syahadah
Ahli sejarah menuliskan beberapa riwayat yang berbeda terkait dengan syahidnya Abul Fadhil Abbas as. Kharazmi berkata: “Ia pergi ke medan perang sambil meneriakkan yel-yel tentang peperangan, ia berperang melawan musuh. Setelah melukai dan membunuh sejumlah musuh, akhirnya ia gugur syahid. Kemudian Imam Husain datang menghampirinya dan berucap, “Kini tulang punggungku telah patah, daya upayaku sudah menyurut.” Ibnu Nama dan Ibnu Thawus menjelaskan, karena Imam Husain as didera oleh rasa haus yang mencekik, Imam Husain as bersama saudaranya Abbas pergi ke tepi sungai Eufrat, namun pihak musuh memutus hubungan mereka sehingga Baginda Abbas gugur sebagai syahid.
Ibnu Syahr Asyub berkenaan dengan kesyahidan Abu Fadhil Abbas as berkata, “Abbas, pembawa air, Purnama Bani Hasyim, pembawa panji Karbala yang merupakan anak terbesar dari saudara-saudaranya, pergi keluar dari medan peperangan demi mendapatkan air kemudian musuh menyerangnya. Tak lama setelah itu ia terlihat sangat lemah. Pada saat itu Hakim bin Thufail al-Thai al-Sinbisi yang saat itu berada di belakang pohon menyerangnya dan memukulnya hingga mengenai tangan kanannya. Tak lama setelah itu, pukulan itu pun mengenai tangan kirinya. Ketika itu, Abbas bersenandung pelan: “Wahai jiwa janganlah takut kepada orang-orang kafir dan berikan kabar gembira akan rahmat Tuhan yang Maha besar dan kebersamaannya dengan Nabi Muhammad saw. Mereka dengan zalim telah memotong tangan kiriku. Tuhanku akan melemparkan mereka ke api neraka yang menyala-nyala.” Kemudian orang yang terlaknat itu mengayunkan pedang secara vertikal ke arah kepala Hadhrat Abbas sehingga ia syahid. Abbas adalah syahid terakhir dari pengikut setia Imam Husain as dan setelah ia adalah seorang bocah kecil dari keluarga Abi Thalib yang tidak mempunyai senjata. Usia Abbas ketika ia syahid kira-kira 34 tahun.