Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ramadhan, Hidangan Penyembuhan

1 Pendapat 05.0 / 5

Salah satu manfaat bulan Ramadhan adalah menjadikan puasa sebagai Hidangan penyembuhan dari berbagai penyakit, khususnya “penyakit makanan”, atau dengan penjelasan yang lebih umum, adalah terapi pencegahan dari “makanan haram”.

Problem inilah yang sesungguhnya menjadi sumber penyakit bagi manusia. Karena “makanan haram” ini akan berpengaruh buruk pada harta, anak-anak, ilmu, ibadah, hubungan sosial dan semua aspek kehidupan manusia.

Bulan Ramadan adalah waktu khusus dan suci untuk berpuasa, karena selain harus menghindarkan diri dari makanan yang haram, kita diharuskan untuk menahan diri dari makanan yang halal. Kita juga harus menjaga pandangan selama berjam-jam. Kita wajib melatih diri untuk “menutup mata” di bulan Ramadan. “Menutup mata” dari dosa perlu dilatih dengan serius, supaya Allah Swt memberikan kita karunia untuk menjadi “orang yang bertaqwa”.

Pada masa lalu, sebelum ada istilah “Makanan haram”, masyarakat menggunakan ungkapan lain untuk menjelaskan hal ini. Mereka berkata “Jika baju seseorang dipenuhi kotoran, maka itu akan merusak benang dan kainnya”, ungkapan ini untuk mewakili efek dari penyakit pada tubuh akibat virus atau bakteri. Dengan kata lain, jika kita ingin tahu pengaruh makanan haram maka lihatlah dari akhlak, perkataan dan perbuatan buruk seseorang. Ya.. tentu saja ini adalah fakta yang pahit.

Hakikatnya, jika kita tidak serius menangani virus ini maka pastilah mata, telinga, lidah, tulisan, buku, doa, pelajaran, keluarga, keturunan, masyarakat, ibadah, akal, jiwa dan pekerjaan kita akan rusak. Kita tentu akan melakukan pekerjaan atau karya yang buruk juga.

Yaa… Tuhan kami, seandainya kami mengetahui pengaruh keburukan dari makanan yang telah kami makan, dari hidangan yang disajikan di rumah dan sanak saudara kami, maka pasti kami akan lebih berhati-hati. Sungguh kita semua kelak harus mempertanggung jawabkan berbagai makanan yang pernah kita konsumsi.

Penyakit yang diakibatkan makanan haram sangatlah banyak. Lebih buruk dari itu, penyakit ini juga menular kepada orang yang duduk semeja dengannya. Berbagai usaha pendidikan dan nasehat dari para ahli telah disampaikan untuk mengatasinya, namun tetap saja menghadapi beragam kesulitan. Mengapa demikian?, Karena makanan haram itu telah berubah menjadi darah, dan kerusakan itu telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Ya.. Tuhanku, andai saja orang-orang yang saat ini mengurusi baitul mal mengetahui beban berat apa yang akan dipikul oleh keturunan mereka di masa depan!.

Mungkin inilah yang menyebabkan Allah Swt memerintahkan kita supaya memperhatikan baik-baik makanan yang kita konsumsi, sebagaimana dalam firman-Nya فلینظر الانسان الی طعامه “Fal yanduril insaanu ilaa Tho’aamih”. (Qs. Abasa :24)