Sayidah Maksumah, Karimah Ahlul Bait (2)
Sayidah Fatimah senantiasa menyebarkan ilmu dan membela kebenaran dalam kondisi sulit sekalipun. Sayidah Fatimah didampingi Imam Ali ar-Ridha mengamalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari ayahnya. Ketika Imam Kadzim tidak ada, Sayidah Maksumah hadir memberikan jawaban atas berbagai permasalahan yang ditanyakan para pengikut Ahlul Bait, bahkan ketika beliau masih berusia belia.
Sejarah mencatat, suatu hari sekelompok pengikut syiah datang ke kota Madinah untuk meminta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka kepada Imam Musa Kadzim. Ketika sampai di pekarangan rumah beliau, mereka mendapat berita bahwa Imam Kadzim masih menempuh perjalanan. Lalu, mereka menulis seluruh pertanyaan dan menyerahkan kepada anggota keluarga Imam Kadzim.
Mereka menetap di kota Madinah selama beberapa hari dan kemudian kembali ke rumah Imam Kazim untuk berpamitan. Ketika itu, mereka melihat Sayidah Maksumah yang masih kecil telah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika mereka beranjak pulang, di tengah pertengahan jalan bertemu dengan Imam Kadzim dan menceritakan kejadian yang dialami. Beliau meminta surat tersebut dari mereka, kemudian membaca dan menelaahnya. Jawaban Sayidah Maksumah dibenarkan oleh Imam Kadzim. Itulah sebabnya beliau disebut Shadiqah, yang berarti orang yang terpercaya.
Sayidah Fatimah juga dikenal dengan nama agung "Muhadatsah", yang berarti perawi Hadis. Beliau senantiasa mengingatkan umat Islam mengenai Imamah dan Ahlul Bait melalui rangkaian hadis. Makmun merancang makar dengan mengusulkan posisi Putra Mahkota kepada Imam Ridha. Tujuannya tak lebih demi meredam perlawanan para pengikut Ahlul Bait.
Sayidah Maksumah menyadarkan masyarakat mengenai kepemimpinan Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, sejarah mencatat perjuangan besar Sayidah Maksumah dalam mengokohkan Imamah Ahlul Bait, khususnya di saat masalah kepemimpinan tengah dirongrong konspirasi musuh.
Di antara hadis lain yang diriwayatkan Sayidah Maksumah adalah Hadis Manzilah yang menjelaskan kedudukan mulia Imam Ali as. Hadis ini menjelaskan kedudukan Imam Ali terhadap Nabi Saw, seperti posisi Harun bagi Nabi Musa as. Sayidah Maksumah juga menjelaskan peristiwa penting di Ghadir Khum untuk mengingatkan umat Islam supaya tidak lalai dari amanat Nabi Muhammad Saw tentang kepemimpinan setelahnya. Sayidah Maksumah berkata, "Apakah kalian lupa dengan sabda Nabi Muhammad Saw di hari Ghadir, 'Siapa yang menjadikanku sebagai pemimpin, maka Ali menjadi pemimpinnya."
Selain itu, beliau dikenal dengan nama mulia lain seperti Thahirah, yang bermakna orang yang suci, dan Karimah Ahlul Bait, yang bermakna wanita agung Ahlul Bait, karena kedudukannya yang tinggi. Terkait hal ini, Imam Ali ar-Ridha berkata, "Barang siapa yang menziarahi [Sayidah] Maksumah di [kota] Qom, sama seperti menziarahiku."
Sayidah Maksumah sepanjang sejarah dikenal luas di kalangan pencinta Ahlul Bait Rasulullah Saw. Hingga kini, makamnya diziarahi para pecinta Ahlul Bait yang datang dari seluruh penjuru dunia. Berkat keberadaan Sayidah Fatimah, Qom menjadi kota penting di dunia. Di kota suci ini berdiri pusat pendidikan agama Islam Syiah terbesar di dunia, sekaligus pusat penyebaran ajaran Islam.
Aura spiritualitas yang dipancarkan makam suci Sayidah Fatimah memberikan pencerahan intelektual bagi para ulama, dan berkah bagi masyarakat luas. Sepanjang sejarah, kota Qom telah melahirkan para ulama terkemuka.