Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Para Perempuan Pemberani Ahlulbait (1)

1 Pendapat 05.0 / 5

1. Zainab al Kubra

Zainab binti Ali bin Abi Thalib adalah Aqilah Bani Haysim. Dia merupakan pemimpin para perempuan pemberani dalam gerakan Imam Husain as. Dia dijuluki oleh Allah sebagai “Umm al-Masaib” dalam menanggung penderitaan. Zainab orang kedua setelah ibunya Zahra sa dalam kesucian dan kesopanan. Dia memiliki rasa malu dan rendah hati serta memiliki kesempurnaan. Dia adalah wali Allah, ridha dengan keridhaan Allah. Seorang yang berwasan luas tanpa ada yang mengajari.

Zianab sa adalah kekasih Rasulullah saw, Fatima Zahra dan Ali bin Thalib. Ia pengganti posisi ibunya az-Zahra, pembela al-Husain, dan pewaris Amirul Mukminin dalam kefasihan dan kebalighan. Ia adalah pahlawan Karbala dan merupakan rangkaian seluruh kesalehan dalam kesabaran dan perlawanan. Dalam menghadapi kesulitan, ia seperti gunung yang kokoh, batu karang yang kuat dalam hantaman gelombang yang mengamuk. Ia telah mematahkan punggung malapetaka. Ketika dia memprovokasi orang-orang di Kufah, Ibn Ziyad menjadi sangat marah.

Ziyad memanggil Ali Ibn Al-Husain as dan berkata: “Siapa kamu?”

Zainal Abidin as berkata: “Saya Ali bin al-Husain”.

Ibn Ziyad berkata: “Bukankah Ali bin Al-Husain sudah terbunuh di Karbala?”

Imam Sajjad as berkata: Orang yang keberaniannya seperti singa yang meminum cawan kesyahidan itu adalah saudaraku Ali as, yang bertentangan dengan kata-katamu, dia mati syahid oleh orang-orang, bukan karena Allah!

Kemarahan Ibnu Ziyad meningkat dan berkata: “Apakah anda masih memiliki keberanian dan kekuatan untuk menjawab saya dan melanggar kata-kata saya? Sekarang datanglah para algojo, bawa dia dan pancung kepalanya!”

Pembela wilayah dan Imamah, Zainab sang pahlawan menjadi geram, melemparkan dirinya ke pangkuan Imam Sajjad as dan berkata: Ya Ibnu Marjanah, semua darah yang telah kau tumpahkan, haus balas dendammu belum terpenuhi?, kamu masih meminta serigala kamu meminum darah kami?.”

Kemudian Zainab al-Kubra meletakkan tangannya di leher Imam Sajjad dan berkata: “Demi Tuhan! Aku tidak akan menyerahkan ingatan saudaraku dan aku tidak akan berpisah darinya, jika kau ingin membunuhnya, bunuhlah aku bersamanya. Bunuhlah aku bersamanya agar kami berdua bisa bersama”. Dengan keberaniannya itu, Ibnu Ziyad mengurungkan niatnya membunuh Imam Sajjad as, putra Imam Husain as yang tersisa.

Sejak awal Zainab selalu berada di sisi Imam Husain, abang dan sekaligus Imamnya. Pasca Imam Husain as syahid, Zainab tetap  berjalan di garis merah perjuangan Imam Husain as beserta para tawanan lainnya. Melalui orasi-orasinya yang membongkar kebusukan dan kebobrokan pemerintahan Yazid, banyak yang tercerahkan dan memilih bergabung dengan barisan perlawanan Ahlulbait.