Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ulama Wahabi: Membaca Shodaqallahul’adzim Setelah Membaca Al-Qur’an Bid’ah

1 Pendapat 05.0 / 5

Sebagai umat muslim, membaca Al-Qur’an adalah hal yang lazim dilakukan dalam keseharian kita. Terkadang kita membaca Al-Qur’an di masjid bersama saudara muslimin lainnya, atau membacanya sendiri di rumah atau di tempat lain yang memungkinkan. Semua ini dilakukan demi memperoleh pahala dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Selain untuk melaksanakan perintah Allah swt. dan RasulNya Saw., membaca Al-Qur’an juga bisa mengembalikan kita ke dalam lautan maknawi setelah sebelumnya disibukkan dengan urusan dunia.

Setiap muslim di seluruh dunia memiliki aksen masing-masing yang membuat cara dan nada membaca Al-Qur’an mereka berbeda-beda. Akan tetapi, ada satu kesamaan yang tampak disepakati oleh seluruh muslimin, yaitu mengucapkan kalimat:

صَدَقَ اللهُ العَظِيم

Shadaqallahul’adhim. Maha Benar Allah Yang Maha Agung.

Tentunya kita selalu membaca kalimat ini setelah membaca Al-Qur’an. Tapi tahukah anda, bahwa ada kelompok muslimin (baca: Wahabi) yang mengatakan bahwa mengucapkan kalimat tersebut adalah sebuah perkara baru yang dilarang atau yang biasa disebut sebagai bid’ah? Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Abdurrahman Bin Baz, seorang ulama kenamaan wahabi, memiliki fatwa yang menyatakan bahwa mengucapkan shadaqallahul’adhim setelah membaca Al-Qur’an adalah bid’ah yang tidak diperbolehkan dalam Islam.

Dalam buku kumpulan fatwa dan makalah Bin Baz yang berjudul Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, ­jilid ketujuh, halaman 329-330, ada sebuah pertanyaan yang berbunyi:

“Saya sering mendengar orang-orang berkata bahwa membaca shadaqallahul’adhim setelah membaca Al-Qur’an adalah bid’ah, dan sebagian lain mengatakan bahwa hal itu diperbolehkan dengan dalil Firman Allah:

قل صدق الله فاتبعوا ملة إبراهيم حنيفا

Katakanlah Maha Benar Allah, maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus.

Dan juga sebagian Ulama berkata kepada saya bahwa sesungguhnya Nabi saw. ketika hendak meminta seorang qaroi’ untuk berhenti membaca, beliau berkata “cukup bagimu”, dan tidak berkata shadaqallahul’adhim. Dan pertayaan saya adalah apakah membaca shadaqallahul’adhim setelah membaca Al-Qur’an itu diperbolehkan? Mohon kiranya anda menjawab pertanyaan ini dengan rinci.”

Dalam menjawab pertanyaan ini, Bin Baz berkata:

”Membaca shadaqallahul’adhim setelah membaca Al-Qur’an adalah kebiasan banyak orang, dan ini tidak berdasar. Dan tidak diperbolehkan membiasakannya, bahkan menurut kaidah hukum agama merupakan bagian dari bid’ah jika pembacanya meyakini ini adalah sebuah sunnah. Maka seharusnya hal ini ditinggalkan dan tidak boleh membiasakannya karena tidak adanya dalil. Sedangkan firman Allah swt.: “Katakanlah Maha Benar Allah”, bukanlah mengenai hal ini.“

Ternyata dalam hal ini Bin Baz tidak sendirian. Salah seorang ulama wahabi lainnya, Syaikh Muhammad Bin Saleh Al-Utsaimin juga mengatakan hal yang sama. Dalam buku Fatawa Nur ‘ala Al-Darb, jilid kedua, halaman 182, seseorang bertanya:

“Saya mendengar dari sebagian Ikhwan bahwa membaca kalimat shadaqallahul’adhim setelah membaca Al-Qur’an adalah sebuah bid’ah. Apakah ini benar?

Syaikh Al-Utsaimin menjawab dalam bukunya:

“Benar, menutup pembacaan Al-Qur’an dengan mengatakan shadaqallahul’adhim adalah bid’ah, karena hal ini tidak datang dari Nabi saw., dan bukan pula dari sahabat-sahabatnya.”

Inilah salah satu fatwa ulama wahabi yang bertentangan dengan apa yang umumnya dilakukan oleh muslimin di seluruh penjuru dunia.