Penenang Hati
Allah Swt menjadikan zikir kepada-Nya sebagai penerang dan hidupnya hati. Imam Ali as dalam nasihatnya kepada Imam Hasan Mujtaba as dalam sebuah surat, menulis, bahwa sebelum segala sesuatu, hendaknya memikirkan bagaimana menghidupkan hati, “Fainni ushika bitaqwallâhi ya Bunayya! Wa Luzumu amrih wa imâratun qalbik bidzikrih.” (Aku menasihatimu wahai putraku, untuk bertakwa dan menjalankan perintah-perintah Tuhan, menghidupkan hati dan ruh dengan berzikir kepada-Nya)
Satu faktor yang paling berpengaruh dalam mengobati matinya hati dan menghidupkannya kembali adalah berlindung dengan berzikir kepada Allah Swt. Dzikrullah (mengingat Allah) adalah cahaya dan intens melakukan zikir akan menyelamatkan hati dari kegelapan, keputusasaan dan kekerasan hati. Juga memberikan kehangatan dan keceriaan padanya.
Hasil zikir dapat kita jumpai pada tuturan Imam Ali as, “Innallaha ta’ala ja’ala al-dzikr jilâ’an lilqulûb tusma’u bihi ba’da waqra dan tubshir bih ba’d ‘usywat wa tanqâdu bihi ba’d al-mu’ânid.” Allah Swt menjadikan zikir (kepada-Nya) sebagai penerang hati dan hasil (dari zikir) adalah telinga akan mendengar setelah ketulian, mata akan melihat setelah kebutaan, dan melalui zikir hati akan tenang dan taat setelah pembangkangan dan permusuhan.” (Nahj al-Balagha, Khutbah 222)