Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Abdullah bin Zubair bin Awwam(1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Abdullah bin Zubair bin Awwam (bahasa Arab: عبدالله بن الزبير بن العوام) yang dikenal sebagai Ibnu Zubair (1 – 73 H/623-692) adalah salah satu orang yang mengklaim kekhalifahan setelah kematian Muawiyah dan mendirikan kekhalifahan keluarga Zubair di Mekah. Ia adalah anak dari Zubair bin Awwam. Karena ia masih kecil pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw, maka ia disebut dengan sahabat kecil. Ia adalah Muhajirin dari kalangan anak-anak yang pertama kali lahir di Madinah. Ia terkenal karena tidak memberi baiatnya kepada Yazid bin Muawiyah, mengklaim kekhalifahan pada dirinya dan pergi ke Mekah untuk berlindung yang mengakibatkan serangan pasukan Yazid ke kota Mekah. Ia mengklaim kekhalifahan atas dirinya sendiri pada tahun 64 H/684 dan sangat banyak penduduk Syam dan Hijaz termasuk Mekah dan Madinah telah memberikan baiat kepadanya. Salah seorang yang merenovasi Ka’bah adalah Zubair dan perenovasian Ka’bah dikaitkan dengannya. Ibnu Zubair memainkan peran penting dalam Perang Jamal dan berperang melawan Imam Ali as, namun setelah kekalahan mereka, Imam Ali as memberi ampunan kepada mereka. Ia dibunuh oleh tentara Suriah, dipimpin oleh Hajjaj bin Yusuf di Mekah pada usia 72 tahun.

Keturunan

Abdullah bin Zubair bin Awwam bin Khuwailid berasal dari suku Bani Asad. Abu Bakar dan Abu Khubaib adalah julukan Abdullah bin Zubair. Ayahnya, Zubair bin Awwam adalah sahabat penting Nabi Muhammad saw dan juga sepupu Nabi saw. Ibunya adalah asma, putri Abu Bakar.

Kelahiran

Ada sedikit perbedaan laporan sejarah tentang tahun kelahiran Ibnu Zubair. Menurut laporan yang terkenal, dia adalah anak pertama yang lahir pada bulan Syawal tahun pertama Hijrah. Kaum Muslimin ketika mendengar kabar kelahirannya, menampakkan kegembiraannya karena kaum Yahudi mengklaim mereka akan berhasil mencegah kelahiran bayi dengan sihir-sihir yang mereka lakukan. Dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw juga bergembira dan menyuapi Zubair dengan kurma. Kemudian menamainya Abdullah dan Abu Bakar mengazaninya di telinganya. Berdasarkan dari riwayat-riwayat yang berasal baik dari Syiah maupun Sunni, kita mengetahui bahwa pernikahan Zubair dan Asma adalah nikah mut’ah Abdullah bin Zubair adalah anak pertama kali yang lahir dari jenis pernikahan ini. Ibnu Zubair pada usia tujuh atau delapan tahun bersama-sama dengan anak-anak seusianya memberikan baiat kepada Nabi Muhammad saw sehingga ia disebut sebagai sahabat kecil.

Masa Setelah Nabi Muhammad saw

Ketika Nabi Muhammad saw masih hidup saat itu Ibnu Zubair masih kecil. Tidak ada laporan sejarah tentang Ibnu Zubair ikut serta dalam berbagai peperangan dan kejadian-kejadian penting kemasyarakatan atau politik. Hanya ada satu peristiwa sejarah yang menceritakan bahwa ia ikut ayahnya dalam Perang Yarmuk (tahun ke 15 H/636) dan usianya ketika itu masih kecil, sehingga pastinya ia tidak ikut berperang. Nama Abdullah bin Zubair secara perlahan-perlahan namanya disebut dalam sumber-sumber rujukkan pada zaman Khalifah Utsman. Pada masa ini ia memperoleh banyak promosi jabatan.

Menurut nukilan Thabari (310 H/922) ia ikut pada peristiwa penyerangan Iran bagian utara Khurasan pada tahun 29-30 H/650-651 yang dipimpin oleh Sa’id bin al-Ash. Ia termasuk penulis Alquran dalam peristiwa pengumpulan mushaf Alquran. Ia turut serta dalam penyerangan ke Maroko pada tahun 27 atau 28 H/648 dibawah pimpinan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh. Dari ia sendiri dinukilkan bahwa kemenangan kaum Muslimin diperoleh karena ia berhasil membunuh pimpinan pasukan musuh. Ibnu Zubair tidak sejalan dengan ayah dan bibinya Aisyah dalam peristiwa pemberontakan atas Usman. Ia berada dalam barisan Usman dan membelanya. Ia adalah wakil Usman untuk bernegosiasi melawan musuh-musuhnya, ia juga merupakan imam salat jama’ah ketika rumah Usman dikepung. Dalam kejadian ini, ia terluka.

Pada masa Imam Ali as

Ibnu Zubair melawan kekhalifahan Imam Ali as. Tindakan terpentingnya pada masa Imam Ali as adalah bahwa ia melawan Imam Ali dan ikut serta dalam Perang Jamal. Ia adalah penyulut api yang menyebabkan pemberontakan terhadap Imam Ali as. Dikatakan bahwa dalam Perang Jamal ia menderita luka kira-kira 30 luka. Ia juga ikut berperan ketika ayahnya mengadakan perlawanan melawan Imam Ali as bahkan dalam riwayat yang berasal dari para Imam as dikatakan bahwa hal inilah yang menyebabkan ayahnya terpisah dari Ahlulbait as. Sebelum peperangan dimulai, Ibnu Zubair menerima kabar bahwa ayahnya menyesal telah ikut dalam Perang Jamal dan bermaksud untuk menarik diri medan peperangan. Namun Ibnu Zubiar berusaha untuk meyakinkan ayahnya untuk tinggal bersama akhirnya ia gagal meninggalkan medan pertempuran.

Antara Ibnu Zubair dan bibinya Aisyah terdapat hubungan kekerabatan yang akrab. Ketika Aisyah meninggal, ia menunjuk Ibnu Zubair untuk menjadi washinya. Dari sebagian keterkaitan yang disebutkan dalam sejarah bisa ditarik kesimpulan bahwa keikutsertaan Aisyah peristiwa Perang Jamal karena dipengaruhi oleh Ibnu Zubair. Ketika pasukan Jamal memasuki kota Basrah, Ibnu Zubair yang merupakan komandan pasukan perang, mengingkari perjanjian damai antara ia dan Utsman bin Hunaif yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Basrah, bahwa kedua belah pihak tidak akan saling menyerang hingga kedatangan Imam Ali as. Ia dengan sekelompok orang, membunuh 40 orang yang menjadi pelindung bagi kaum Muslimin dan menggunakan uang baitul mal.