Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Makna Jahiliyah Menurut Al-Qur'an

0 Pendapat 00.0 / 5

Jahiliyah (bahasa Arab:الجاهلیة), sebuah terminologi Al-Quran dan hadis tentang bentuk dari karakteristik perilaku, moral, dan doktrin akidah pada satu periode sejarah sebelum Islam di semenanjung jazirah Arab. Jahl atau kebodohan serta kata turunannya juga digunakan dalam syair-syair Arab sebelum Islam. Makna jahl di era Jahiliyah lebih banyak menyoroti pada perilaku, bukan lawan dari ilmu dan pengetahuan; seperti sebuah keangkuhan dalam perilaku dan jiwa sombong dan takabur, yang tidak mau tunduk di hadapan segala kekuatan, baik itu manusia ataupun Ilahi, baik itu benar ataupun salah.

Dari sejumlah hadis ditunjukkan bahwa Rasulullah saw dan para Imam as memanfaatkan dari segala kesempatan yang ada untuk meluruskan pemikiran-pemikiran dan perbuatan-perbuatan jahiliyah dan kebodohan. Terkadang dasar dan asasnya, yakni fanatisme jahiliyah mereka salahkan dan terkadang manifestasi dan esensinya mereka jelaskan dan kemudian mengkritiknya.

Dalam sebagian riwayat, ketiadaan pengetahuan seseorang akan imamah, sama dengan jahiliyah dan ditegaskan bahwa orang seperti ini jika ia mati, matinya bagaikan matinya orang-orang jahiliyah, karena tidak berada di bawah ketaatan imam pada masanya dan sama sekali tidak mengikuti sebuah perkara yang benar. Kandungan ini juga dimuat dalam sejumlah do’a.

Secara Bahasa

Kata «الجاهلیّة» diambil dari kata «ج ه ل», gabungan dari partisipel «الجاهل» dan imbuhan/akhiran Iyyah «یّة», yang menunjukkan pada kata benda bermakna atau kata benda jamak.

Dalam Al-Quran

Kata Jahiliyah digunakan sebanyak empat kali dalam surah-surah Madaniah al-Quran, seperti dalam kalimat «ظنَّ الجاهلیة», «حُکمَ الجاهلیة», «تَبَّرُجَ الجاهلیة], dan «حَمِیّةَ الجاهلیة] dan dalam empat hal tersebut disertai dengan cemoohan. Nada cemoohan ini, demikian juga terlihat dalam sebagian ayat-ayat lain yang dikemukakan dalam derivasi lainnya kata “jahl”, seperti «تَجْهَلونَ», «جاهلونَ], dan «جاهلین»[]. Umumnya dapat dikatakan, bahwa al-Quran memperhatikan sebuah periode khusus sejarah Arab di semenanjung Arab sebelum Islam dan sangat mengkritisi kriteria moralnya. Sejatinya, Al-Qur’an menamai periode ini dengan jahiliyah dikarenakan munculnya kriteria kebodohan dalam moral dan perilaku masyarkatnya dan setelah itu nama ini disematkan untuk masa tersebut.

Surah Ali Imran ayat 154

Dalam surah Ali Imran ayat 154 «یَظُنّونَ بِاللهِ غَیرَالحقِّ ظنَّ الجاهِلیَّةِ», sebagian orang dicela dikarenakan sangkaan keliru kepada Allah. Thabari menyebut kelompok ini sebagai orang-orang munafik yang meragukan perbuatan Allah dan rasul-Nya. Syekh Thabrisi menganggap “Zhannal Jahiliyyah” adalah sangkaan kaum munafikin, yang mana Allah tidak akan menolong Rasulullah saw dan para sahabat beliau.

Dengan demikian, ia menuturkan dua makna untuk kalimat ini: yang pertama keyakinan orang-orang munafik tentang Allah seperti keyakinan masa jahiliyah dan yang lainnya adalah sangkaan mereka seperti sangkaan orang-orang jahiliyah (yakni, orang-orang kafir dan para pengingkar terealisasinya janji-janji Allah).  Namun menurut Allamah Thabathabai, maksud dari ««ظنّ الجاهِلیَّة»» adalah sangkaan sebagian orang yang beranggapan dikarenakan telah memeluk Islam, maka dipastikan harus menang dalam pertempuran dan wajib bagi Allah berdasarkan janji-Nya, dengan tanpa syarat apapun, akan menolong agama-Nya dan para penganutnya. Sangkaan ini adalah salah dan jahiliyah, karena Arab Jahiliyah meyakini akan jenis-jenis Tuhan dan dengan demikian, mereka berkeyakinan bahwa Rasulullah saw termasuk juga jenis Tuhan, yang dimandati perihal kemenangan dan ghanimah dan dengan demikian, Nabi tidak akan pernah dikalahkan atau terbunuh.