Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Penghancuran berhala oleh Nabi Ibrahim (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Apakah Ibarahim Berkata Bohong?
Al-Qur’an meriwayatkan tentang bagaimana ketika Nabi Ibrahim as menghancurkan berhala-berhala itu, Ketika orang-orang hendak keluar dari kota, Nabi Ibrahim as berkata bahwa dirinya sakit sehingga tak dapat pergi bersama mereka[9] Begitupula ketika mereka bertanya kepadanya tentang siapa yang mengancurkan berhala-berhala itu, ia menjawab bahwa pelakunya adalah berhala yang besar itu[10] Dua hal ini yang kemudian menjadi pembahasan para ahli tafsir apakah Nabi Ibrahim as berkata jujur ataukah berbohong yang memberikan pelajaran atau bahkan Tauriyyah.

Ahli tafsir muslim berkeyakinan bahwa Nabi Ibrahim as tidak berkata bohong mengenai sakitnya[11] Akan tetapi terdapat penjelasan-penjelasan dan kemungkinan-kemungkinan yang berbeda mengenai hal tersebut, penjelasnnya sebagai berikut :

Thabarsi dan Allamah Thabathabai berkata bahwa dia (Nabi Ibrahim as) tau bahwa dirinya dalam waktu dekat akan segera sakit. Oleh karennya, apa yang di katakan oleh Nabi Ibrahim as adalah benar[12] Alusi, seorang mufassir Ahlusunah berkeyakinan bahwa setiap manusia pada satu hari akan sakit, Nabi Ibrahim as berkata bahwa dia sakit dan maksudnya adalah dia akan sakit. Hingga apa yang dia lakukan adalah menegelabui mereka dan bisa diartikan bahwa orang-orang musyrik menganggapnya pada saat itu dia sakit[13] Satu lagi kemungkinan berkaitan dengan itu adalah maksud sebenarnya dari perkataan Nabi Ibrahim as yaitu hati sakit karena kekafiran mereka. Akan tetapi Nabi Ibrahim as mengelabui mereka, sehingga tampak bahwa mereka mengira jasadnya (badannya) yang sedang sakit[14]

Begitupula dikatakan bahwa Nabi Ibrahim as menisbatkan berhala yang besar itu sebagai pelakunya, bukan sebuah kebohongan, sebab ketika melihat kepada aturan-aturan yang ada, dia mengucapkannya tidak dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi dengan pengisyaratan dia ingin menunjukkan penentangannya terhadap penyembahan berhala[15] Berkata dengan isyarat dalam berdebat termasuk hal yang biasa[16] Sebagian mengira bahwa Nabi Ibrahim as mengucapkannya dengan kalimat bersyarat dan dia berkata jika mereka berbicara, maka merekalah yang melakukannya[17] Pada dasarnya, Nabi Ibrahim as mengaitkan pembicaraannya dengan sesuatu yang mustahil, sehingga mereka tidak dapat membuktikannya[18]

Penghancuran Berhala dan kebebasan Berkeyakinan
Sebagian peneliti mengatakan, terdapat orang-orang yang mengecam bahwa penghancuran berhala yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as adalah penghinaan terhadap sesuatu yang diagungkan/disucikan oleh orang lain. Oleh karenanya, kaum muslimin dapat berpegang pada hal tersebut dan dapat pula menghancurkan peninggalan terdahulu kaum musyrikin[19] Dalam menjawab kecaman ini, dikatakan bahwa jiwa dan semua harta seluruh manusia harus dihormati (jaga) dan tidak diperbolehkan menghancurkan sesembahan yang itu dianggap sebagai harta mereka. Nabi Ibrahim as, dengan kedudukannya sebagai nabi dan rasul melakukan hal ini dan orang lain tidak dapat merusak properti orang lain[20] Ada pula yang mengatakan bahwa kebebasan berkeyakinan dan beragama merupakan salah satu keyakinan zaman modern dan tidak mungkin mengukur peristiwa zaman dahulu dengan standar zaman modern[21]

Sebagaimana perkataan para mufassir, bahwa maksud dari penghancuran berhala-berhala yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as adalah meng-unvaliditasi ketuhanan batu-batu tersebut. Dan tujuan dari hal itu adalah bukan hanya menghancurkan berhala-berhala tadi, melainkan melakukan perlawanan terhadap budaya penyembahan berhala[22]

Catatan Kaki
1. QS. Ibrahim:58-69.
2. Makarim Syirazi, Tafsir-e Nemune, jld. 13, hlm. 442.
3. Thabathabai, al-Mīzān, jld. 14, hlm. 299.
4. Subhani, Mansyur-e Jawid, jld. 11, hlm. 250.
5. Thabathabai, al-Mīzān, jld. 14, hlm. 300 & 301.
6. Thabathabai, al-Mīzān, jld. 14, hlm. 302.
7. Mughniyah, Tafsīr al-Kāsyif, jld. 5, hlm. 284.
8. Muthahhari, Majmu’e-e Asar, jld. 3, hlm. 319.
9. QS. Ash-Shaffat:89.
10. QS. Al-Anbiya:63.
11. lihat: Thabathabai, al-Mīzān, jld. 17, hlm. 148; Thabrasi, Majma’ al-Bayān, jld. 8, hlm. 702; Alusi, Rūh al-Ma’ānī, jld. 12, hlm. 98; Fakhrurazi, at-Tafsīr al-Kabīr, jld. 26, hlm. 341; Qurasyi, Tafsīr Ahsan al-Hadīts, jld. 9, hlm. 159.
12. lihat: Thabathabai, al-Mīzān, jld. 17, hlm. 148; Thabrasi, Majma’ al-Bayān, jld. 8, hlm. 702.
13. Alusi, Rūh al-Ma’ānī, jld. 12, hlm. 98.
14. Fakhrurrazi, at-Tafsīr al-Kabīr, jld. 26, hlm. 342; Alusi, Rūh al-Ma’ānī, jld. 12, hlm. 98.
15. Makarim Syirazi, Tafsir-e Nemune, jld. 13, hlm. 438; Syirazi, Qahreman-e Tauhid, hlm. 87.
16. Thabathabai, al-Mīzān, jld. 14, hlm. 301.
17. Makarim Syirazi, Tafsir-e Nemune, jld. 13, hlm. 439.
18. Abul Futuh Razi, Raudh al-Jinān, jld. 13, hlm. 241; Kasyani, Mahaj ash-Shādiqīn, jld. 6, hlm. 74; Thabrasi, Majma’ al-Bayān, jld. 7, hlm. 85.
19. Aya Bot Syekani-e Ebrahim Tauhin Be Muqaddasat Nabude Ast? Site Ahmadabedini.
20. Aya Bot Syekani-e Ebrahim Tauhin Be Muqaddasat Nabude Ast? Site Ahmadabedini.
21. Bot Syekani Wa Azadi-e Aqide, site Kadivar.
22. Thabatabai, al-Mīzān, jld. 14, hlm. 303; Makarim Syirazi, Qahreman-e Tauhid, hlm. 89.