Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Muhaddatsah, Ahli dalam bertutur kata

1 Pendapat 05.0 / 5

Fatimah Zahra as dikenal sebagai Muhaddatsah, wanita yang berbicara dengan malaikat. Dalam masa-masa sulit setelah wafatnya Rasulullah SAW, para malaikat datang untuk menghiburnya dan memberitakan kejadian-kejadian yang akan datang. Dialog suci ini kemudian dicatat oleh Imam Ali dalam sebuah kitab yang dikenal sebagai Mushaf Fatimah. 

Mushaf ini bukanlah kitab hukum atau syariat, melainkan kumpulan wahyu Ilahi yang bersifat pribadi. Hingga kini, Mushaf Fatimah diyakini berada di tangan Imam Mahdi, sebagai warisan spiritual yang tak ternilai. 

Dalam cakrawala kehidupan umat Islam, nama Sayidah Fatimah Zahra bukan sekadar sebuah nama. Ia adalah simbol cinta, pengorbanan, dan kesempurnaan. Fatimah adalah cerminan kesucian yang terpancar dari ayahandanya, Rasulullah SAW. Kehadirannya di dunia bukan hanya untuk mengisi ruang waktu, melainkan untuk menjadi saksi kasih Ilahi yang abadi. Ia adalah wanita yang dipilih Allah untuk menghubungkan langit dan bumi, meneruskan keturunan Nabi SAW, dan menjadi pelita bagi umat yang mencari jalan menuju cahaya. 

Surah Al-Syura ayat 23, yang dikenal sebagai ayat Mawaddah, menyerukan kepada umat Islam untuk mencintai keluarga Nabi SAW. Fatimah Zahra, bersama Ali dan kedua putranya, Hasan dan Husain, adalah personifikasi dari kecintaan ini. Para ulama, baik dari Syiah maupun Ahlusunah, sepakat bahwa kecintaan kepada mereka adalah wujud penghormatan kepada Rasulullah SAW. Dalam ayat ini, cinta kepada Ahlulbait bukanlah sekadar anjuran, tetapi menjadi kewajiban yang tak terpisahkan dari keimanan. 

Hadis Nabi SAW menegaskan hal ini: “Fatimah adalah bagian dari diriku. Barang siapa yang menyakitinya, maka ia menyakitiku.”

Betapa mendalamnya hubungan ini! Fatimah bukan hanya putri, melainkan jiwa yang satu dengan Nabi SAW. Bahkan, riwayat Qudsi menyebut bahwa penciptaan alam semesta bergantung pada penciptaan Nabi SAW, Imam Ali as, dan Fatimah as. Fatimah as adalah pusat keseimbangan spiritual, tempat cinta Allah dan cinta Rasulullah bertemu dalam harmoni yang sempurna. 

Sayidah Fatimah Zahra dikenal sebagai penghulu wanita surga. Ia adalah wanita terbaik, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Dalam hadis-hadis yang diriwayatkan oleh berbagai ulama, disebutkan bahwa ia adalah wanita yang melebihi kemuliaan seluruh wanita lainnya, baik yang datang sebelum maupun sesudahnya. 

Kehadirannya dalam peristiwa Mubahalah menjadi bukti keunggulannya. Dalam peristiwa ini, ketika Rasulullah SAW menghadapi delegasi Kristen Najran, Fatimah as adalah satu-satunya wanita yang dipilih untuk mendampingi Nabi SAW bersama Imam Ali dan kedua putranya. Ayat Mubahalah menjadi saksi keagungan Ahlulbait, dan Fatimah Zahra adalah poros utama dari kemuliaan itu.