Sains Mendukung Prinsip Ketuhanan(2)
Titik Temu Kaum Teis dan Ateis
Meskipun berbeda pandangan, kaum teis (yang percaya pada Tuhan) dan materialis sama-sama menghargai pengetahuan ilmiah. Banyak ilmuwan yang beriman meyakini bahwa fenomena alam mengikuti hukum-hukum tertentu, dan penemuan ilmiah adalah upaya untuk memahami hukum-hukum tersebut. Mereka melihat keteraturan dalam alam semesta sebagai tanda adanya Pencipta yang cerdas. Dalam pandangan mereka, setiap fenomena biologis dan alam semesta ini bekerja dalam suatu sistem yang sangat rumit dan melampaui kemampuan teknologi manusia.
Baik teis maupun ateis sepakat bahwa setiap partikel dan fenomena di alam bekerja dengan mekanisme yang sangat rumit. Perbedaan utama antara keduanya adalah bagaimana mereka memandang asal mula keteraturan tersebut. Bagi teis, keteraturan ini menunjukkan adanya Tuhan Sang Pencipta, sementara kaum ateis melihatnya sebagai hasil dari proses alami tanpa desain.
Perbedaan antara Kaum Teis dan Materialis
Salah satu pertanyaan mendasar yang memisahkan teis dan ateis adalah tentang penyebab utama dari keberadaan alam ini. Dalam pandangan teis, ketika manusia melihat alat sederhana buatan manusia, mereka akan mengakui adanya perancang. Jadi, alam semesta yang jauh lebih kompleks juga harus memiliki Pencipta yang bijaksana. Bagi kaum teis, Tuhan adalah pencipta dari semua yang ada. Namun, bagi materialis, alam semesta adalah hasil dari proses alami yang tidak dirancang.
Kaum materialis meyakini bahwa alam semesta tercipta dari proses acak dan kebetulan yang melibatkan pertemuan atom-atom. Sebelum penemuan bahwa makhluk hidup tidak bisa tercipta dari benda mati, kaum materialis percaya bahwa kehidupan berasal dari luapan gas yang secara acak menghasilkan tatanan di angkasa yang memungkinkan kehidupan. Pakar materialisme modern seperti Parter Andersel menyatakan bahwa umat manusia terbentuk tanpa tujuan atau rencana, dan perasaan manusia hanyalah hasil dari reaksi kimia yang tidak direncanakan.
Materialis memberikan contoh seperti pelangi, yang menurut mereka hanya hasil dari pembiasan cahaya oleh tetesan air hujan. Mereka melihat norma-norma moral dan psikologis sebagai hasil proses alamiah tanpa campur tangan supranatural.