Siapa Ahlulbait dalam Riwayat Isa bin Abdullah dan Abdullah bin Jafar Al-Thayyar
Sebutan Ahlulbait di dalam Alquran (Al-Ahzab: 33) dengan semua keistimewaan dan keagungan yang dimilikinya membuahkan pertanyaan besar bagi orang-orang yang membaca ayat tersebut, khususnya kaum muslimin. Pertanyaan tersebut adalah mengenai sosok yang dimaksud dengan sebutan itu.
Alquran sendiri memang tidak menyebutkan secara jelas tentang siapa saja yang dimaksud dengan sebutan Ahlulbait. Namun hal ini bukan berarti kita tidak dapat mengetahui siapa saja mereka, sebab di samping ayat terdapat banyak riwayat yang merekam proses Nuzulul Wahy atau turunnya wahyu itu terjadi. Tidak terlepas dengan ayat yang telah disinggung di atas, terdapat banyak riwayat dengan jalur beragam dan disebutkan dalam berbagai kitab hadis, yang menyatakan bahwa sebutan Ahlulbait adalah istilah yang diberikan kepada orang-orang yang bersama Rasulullah Saw di dalam kain Kisa, yaitu: imam Ali As, sayidah Fatimah As, imam Hasan As dan imam Husein As. Diantara riwayat-riwayat tersebut adalah sebagai berikut:
Diriwayatkan kepada kami dari Abu al-Husain Muhammad bin Utsman al-Qadhi, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Muhammad bin al-Husain bin Shalih as-Sabi’i di Halab, ia berkata: Telah memberitakan kepada kami Ismail bin Muhammad al-Muzani, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Utsman, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Isa bin Abdullah, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Ali (As), ia berkata: “Rasulullah (Saw) mengumpulkan kami di rumah Ummu Salamah, yaitu aku, Fatimah, Hasan dan Husain. Kemudian Rasulullah (Saw) masuk ke dalam (kain) Kisa miliknya, lalu beliau memasukkan kami bersamanya. Setelah itu, beliau merangkul kami dan berkata: ‘Ya Allah, mereka ini adalah Ahlulbaitku, maka hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka dengan sesuci-sucinya.’ Lalu Ummu Salamah berkata: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana dengan aku?’ Ia mendekat kepada beliau. Rasulullah menjawab: ‘Engkau adalah termasuk orang-orang yang memiliki kedudukannya sendiri, dan engkau berada dalam kebaikan.’”[1]
Riwayat ini serupa dengan riwayat-riwayat yang telah kita bahas sebelumnya yang memiliki jalur dari Ummu Salamah. Di sini sangat jelas disebutkan oleh Nabi Saw bahwa Ahlulbaitnya adalah Ali bin Abi Thalib (menantunya), Fatimah (putrinya), Hasan (cucunya) dan Husein (cucunya). Adapun Ummu Salamah (istri Nabi) yang bertanya apakah ia termasuk dari mereka (Ahlulbait), di sini Nabi Saw memberikan pernyataan yang menjelaskan bahwa ia bukan bagian dari mereka namun ia juga berada dalam kebaikan. Begitu juga riwayat lainnya:
Diriwayatkan kepada kami oleh Ali bin Ahmad, ia berkata: Diriwayatkan kepada kami oleh Ahmad bin Ubaid, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ismail bin al-Fadhl, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ya’la, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Syaibah, ia berkata: Telah memberitakan kepadaku Ibnu Abi Fudayk, dari Musa bin Ya’qub, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Ubaidullah bin Abi Mulaikah (salah seorang perawi dalam kitab-kitab Shahih): Dari Ismail bin Abdullah bin Ja’far ath-Thayyar, dari ayahnya, ia berkata: “Ketika Nabi (saw) melihat Jibril turun dari langit, beliau berseru: ‘Siapa yang akan memanggilkan untukku? Siapa yang akan memanggilkan untukku?’ Zainab berkata: ‘Aku, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda: ‘Panggillah Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.’ Kemudian beliau meletakkan Hasan di sebelah kanannya, Husain di sebelah kirinya, serta Ali dan Fatimah di hadapan beliau. Lalu beliau menutupi mereka dengan kain (selimut) dari Khaybar dan bersabda: ‘Ya Allah, setiap nabi memiliki keluarga, dan mereka inilah keluargaku.’ Maka Allah menurunkan ayat: “Sesungguhnya Allah bermaksud untuk menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya.” (QS. Al-Ahzab: 33) Zainab kemudian berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah aku tidak boleh masuk bersama kalian?’ Beliau menjawab: ‘Tetaplah di tempatmu, karena engkau berada dalam kebaikan, insya Allah.’”[2]
Riwayat ini juga serupa dengan riwayat Abdullah bin Jafar pada tulisan sebelumnya. Meskipun melalui periwayat yang sama, namun terdapat beberapa perbedaan di dalamnya: Pertama, dalam riwayat ini sosok penerima perintah Nabi Saw untuk memanggil adalah Zainab (istri Nabi) sementara pada tulisan sebelumnya adalah Shafiyyah (istri Nabi). Kedua, dalam riwayat ini terdapat kejadian yang sangat mirip dengan riwayat-riwayat dari jalur Ummu Salamah, dimana dalam riwayat ini Zainab juga bertanya pada Nabi Saw apakah ia bisa masuk bersama Nabi Saw dan Ahlulbait (Ali, Fatimah, Hasan dan Husain) di dalam kain. Dan jawaban nya pun sama, yakni alih-alih mempersilakannya, Nabi Saw menyuruhnya untuk tetap berada di tempatnya dan mengatakan padanya bahwa ia juga berada dalam kebaikan.
Alhasil, dari kedua riwayat di atas, kita dapat melihat bahwa sebutan atau istilah Ahulbait yang disebutkan dalam ayat 33 dalam surat Al-Ahzab tidak dapat dengan mudah dinisbatkan pada keluarga Nabi Saw secara umum, sebab sebagaimana pada kasus didalam riwayat-riwayat yang serupa dengan riwayat di atas, Nabi Saw mengkhususkan sebutan tersebut pada orang-orang tertentu yaitu: Ali, Fatimah, Hasan dan Husain serta bahkan tidak mengizinkan istri-istrinya untuk masuk di dalamnya.
[1] Al-Hakim Al-Haskani, Shawahid Al-Tanzil, Beirut: Muasasat al A’lami Lil Matbuat, jil: 2, hal: 31.
[2] Al-Hakim Al-Haskani, Shawahid Al-Tanzil, Beirut: Muasasat al A’lami Lil Matbuat, jil: 2, hal: 32.