EPISTEMOLOGI PENGHORMATAN (2)
Penghormatan Horizontal
Penghormatan Horizontal adalah penghormatan kepada yang setara. Dengan kata lain, penghormatan horizontal adalah penghargaan kepada setara alias sesama ciptaan dan sesama (selain Tuhan dan yang merepresentasinya).
Penghormatan horizontal ditujukan kepada selain Tuhan dan selain yang diberi hak dan kewenangan merepresentasi-Nya.
Pada dasarnya, selain Tuhan adalah setara sebagai sesama ciptaan dan hamba. Karena Tuhan mengoimanensikan eksistensi-Nya secara gradual dalam iluminasi dan emanasi (pencurahan cahaya eksistensinya) sesuai intensitas terdekatnya, maka cahaya pertama setelah-Nya dan cahaya-cahaya yang terdekat dengannya yang merupakan ciptaan dan hamba menjadi penghubung utama kepadaNya. Karenanya, penghormatan vertikal tidak ditujukan kepada penghubung utama dan para penghubung setelahya sebagai karena statusnya sebagai hamba namun sebagai penghubung antara Tuhan dan semesta ciptaan dan semua hamba yang secara gradual menghormati Tuhan melalui mereka.
Penghormatan horizontal adalah memperlakukan selain Tuhan dan yang merepresentasi-Nya sesuai dengan level eksistensial dan kualitas penghormatan vertikalnya.
Penghormatan horizontal berdiri di atas prinsip kesetaraan. Prinsip kesetaraan melahirkan penghargaan. Ini berlaku atas semua ciptaan termasuk tanah, udara, air, tumbuhan dan hewan.
Metode dan ekspresi penghormatan horizontal mengikuti konteks sistem nilai agama dan tradisi yang rasional dan aturan yang disepakati.
Karena penghormatan horizontal adalah penghargaan kepada setiap orang atas jasa atau fungsi atau perbuatan dan perilaku baik sesuai dengan level kualitasnya, maka menghormati siapa pun yang berperilaku baik adalah wajib secara moral.
Dalam konteks penghormatan horizontal, setidaknya ada tiga elemen, yaitu subjek, objek, alasan dan cara.
Subjek yang menghormati adalah orang yang melakukan tindakan tertentu atau memperlakukan orang lain sebagai ekspresi penghargaan atas sesuatu yang pada dirinya.
Objek yang dihormati adalah seseorang yang terhormat karena sesuatu yang mulia dan berhak mendapatkan penghormatan yang sepadan. Setiap objek menempati derajat kemuliaan moral, intelektual dan spiritual yang berlainan. Dia berhak dihormati sesuai dengan derajat. Menyamakan objek yang berbeda derajat adalah kezaliman yang dianggap merendahkan objek berderajat lebih tinggi dan meninggikan objek berderajat lebih rendah.
Cara menghormati tidak tunggal dan tidak baku, namun beragam mengikuti aturan, budaya dan norma yang dianut oleh masing-masing penghormat.
Alasan menghormati tidak tunggal dan tidak rata, namun alasannya bergantung kepada kadar pengetahuan penghormat tentang kualitas kebaikan pihak yang dihormati dan alasan yang dipilihnya. Yang pasti, dalam sistem nilai yang transenden, kekayaan, keturunan, kedudukan, ketenaran, penampilan dan semua benda lainnya pada dasarnya bukan kemuliaan kecuali dibalut dengan kebenaran dan kebaikan. Karenanya, tidak layak menjadi alasan penghormatan.
Kultus
Penghormatan tak proporsional dan tanpa memperhatikan norma yang logis yang lazim disebut adalah salah. Menentang kultus adalah pikiran dan tindakan benar. Tapi menganggap semua penghormatan kepada pihak tertentu sebagai kultus dan pendewaan tidaklah benar.
Memperlakukan orang tak mendalami ilmu agama apalagi tidak berperilaku baik sebagai pemuka adalah penghinaan kepada ilmu, ilmu agama, agama dan pemuka agama yang sejati. Tak memperlakukan orang tak mendalami ilmu agama apalagi tidak berperilaku baik sebagai pemuka adalah penghormatan kepada ilmu, ilmu agama dan agama serta pemuka agama yang sejati.