Aktivitas Imam Ali pada era tiga khalifah pertama setelah Nabi
Menyelesaikan permasalahan kaum lemah: Bekerja dan berjuang untuk menafkahi kehidupan banyak orang miskin dan membutuhkan. Bahkan beliau membangun kebun-kebun dengan tangannya sendiri, menggali sumur dan saluran air, lalu mendedikasikannya untuk jalan Allah.
Menyelesaikan persoalan intelektual lintas agama: Menjawab pertanyaan para ulama dari berbagai bangsa dan budaya, khususnya kaum Yahudi dan Nasrani, yang datang ke Madinah untuk meneliti Islam pasca wafatnya Nabi Muhammad saw.
Penjelasan tentang masalah-masalah fiqih dan agama: Menjelaskan hukum-hukum berbagai peristiwa yang baru muncul dan belum ada presedennya dalam Islam dan tidak ada nash-nashnya dalam Al-Qur’an dan hadits dari Nabi Muhammad saw.
Membantu pertumbuhan spiritual: Membesarkan dan memelihara sekelompok sahabat dan anak-anak mereka yang memiliki hati nurani yang murni dan jiwa yang siap untuk kemajuan spiritual dan sosial.
Nasihat politik-sosial kepada para khalifah: Jika suatu bahaya mengancam Islam dan kaum Muslimin, atau suatu keputusan yang keliru akan menyebabkan penyimpangan lebih jauh dalam agama, maka beliau menasihati para khalifah sebagai penasehat agar Islam tidak semakin dirugikan.
Janji setia rakyat kepada Ali bin Abi Thalib
Setelah Khalifah ketiga, Utsman bin Affan, dibunuh oleh para pengunjuk rasa, para penentangnya, termasuk kaum Ansar dan Muhajir yang menentang kaum Quraisy, kaum Mesir, dan kaum Kuffah, semuanya sepakat mengenai kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dia mengemban jabatan khalifah di tengah situasi sulit dan terpecah yang muncul di kalangan umat Islam.
Kebijakan pemerintah
Memilih pejabat di dunia Islam berdasarkan logika keadilan dan tanpa memperhatikan hubungan keluarga
Membuat hukum dengan memperhatikan keadilan Al-Quran dan Sunnah Nabi
Menunjuk pengawas dan pengawas untuk memantau kinerja pejabat
Kebijakan dan reformasi ekonomi
Memulai pembangunan perkotaan
Pengembangan pertanian dan dukungan bagi petani
Memperkuat perdagangan dan pedagang
Inspeksi pasar langsung
Distribusi kekayaan publik secara merata dan tidak menunda pendistribusiannya.
Mendukung kelas bawah masyarakat
Kebijakan dan reformasi budaya
Mengembangkan pendidikan dan pelatihan tenaga pengajar rakyat
Mencegah terganggunya tradisi yang baik dan menentang tradisi yang buruk
Memperkuat semangat kritisisme agen dan melestarikan tradisi perintah dan larangan agen oleh masyarakat
Perang pada masa kekhalifahan Amir al-Mu'minin
Sayina Ali berperang melawan musuh-musuhnya tiga kali selama masa kekhalifahannya yang berlangsung selama empat tahun sembilan bulan. Pertempuran ini meliputi:
Pertempuran Jamal pada tahun 36 H dengan para pembelot, yang bersatu atas dorongan Muawiyah dan memerangi Imam Ali, tetapi dikalahkan.
Perang Siffin tahun 37 H. Perang melawan Muawiyah dan pasukannya yang tidak menaati perintah Imam Ali sebagai khalifah umat Islam, melainkan memutuskan untuk mendirikan pemerintahan dinasti sendiri di negeri kaum muslimin dan dengan tradisi yang bertentangan dengan dengan tradisi Nabi Muhammad Saw.
Pertempuran Nahrawan pada tahun 38 H dengan kaum Marqin, yakni kaum yang meninggalkan sunah Nabi Islam dan menyerang kehidupan dan masyarakat Muslim dengan penafsiran Al-Quran yang dangkal.
Kesyahidan Imam Ali
Ibnu Muljam, salah seorang Khawarij, menyerang Imam Ali dengan pedang beracun ketika beliau sedang shalat di mihrab masjid Kufah pada fajar hari Rabu, tanggal 19 Ramadhan tahun 40 H, dan Imam syahid pada malam tanggal 21 Ramadhan.
Pepatah terkenal
Diriwayatkan bahwa Imam Ali as sering berkata: "Barangsiapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungan antara dirinya dengan manusia. Dan barangsiapa yang memperbaiki hubungannya di akhirat, maka Allah akan memperbaiki hubungannya di dunia."
Beliau juga berkata, "Di antara penebus dosa besar adalah menolong orang yang menangis minta tolong dan menghibur orang yang sedang bersedih."
Sayidina Ali berkata, "Lebih baik mati daripada dipermalukan! Berbuat sedikit lebih baik daripada mengulurkan tanganmu ke sana kemari, dan hidup itu dua hari, satu hari untuk keuntunganmu, dan satu hari untuk kerugianmu! Janganlah kamu bersukacita ketika engkau mendapat kebaikan, dan janganlah kamu bersedih ketika engkau mendapat keburukan, karena nanti kamu akan diuji oleh keduanya".
Ia juga berkata, "Tidak ada kekayaan seperti akal, tidak ada kemiskinan seperti kebodohan, tidak ada warisan sepertiadab, dan tidak ada dukungan seperti nasihat."