PATUH LOGIKA
Bila diri mendisiplinkan akal berpikir logis (sistematis dan kritis), akal niscaya terdorong untuk mencari dan merespon konsep-konsep serius dan fundamental sebagai menu dan objeknya, misalnya, kebenaran, keadilan, atau prinsip matematika.
Seorang ilmuwan yang melatih diri untuk menganalisis data secara kritis akan mulai mengajukan pertanyaan mendasar tentang sebab-akibat atau pola dalam fenomena alam.
Bila terbiasa merespon konsep-konsep serius dan fundamental, akal terdorong untuk mencerna dan mengelolanya, menyusunnya lalu memproduksi pikiran-pikiran sintetik yang valid sebagai kesimpulan juga sebagai premie utama dan begitulah seterusnya.
Filsuf seperti Immanuel Kant mengkritik dan menyintesis pemikiran empirisme dan rasionalisme menjadi teori epistemologi baru. Mulla Sadra memproduksi pikiran sintetik (Transendentalisme) dari Peripatetiisme yang pluralitistik dan Iluminasionisme yang monistik.
Bila terbiasa memproduksi konsep-konsep simtetis yang logis dan valid, akal dengan sistem logika mengendalikan diri sebagai persona atau individu logis.
Ketka diri telah terbiasa mematuhi llogika makna, diri mendorong akal untuk memperkenalkan pikiran-pikiran serius dan fundamental kepada diri lain demi menguji validitasnya atau mempengaruhi orang lain untuk mencerna dan menerima pikiran-pikirannya. Namun akal dengan logika makna hanya mampu mengelola pikiran-pikiran, tak mampu mengungkapnya.
Ketika akal yang didampingi dengan logika makna tak mampu mengungkap pikiran-pikiran serius dan fundamental yang telah dikelolanya, diri mendorong akal untuk merancang logika tanda dan simbol sebagai penunjang logika makna.
Penggunaan simbol memungkinkan ide diuji secara kolektif, misalnya, peer review dalam sains atau debat fiksafat.
Ketika akal telah merancang logika simbol, pikiran-pikiran yang telah tersusun berdasarkan sistem logika makna dikemas dalam simbol angka-angka (matematika) dan kata-kata.(bahasa).
Logika tanda bertindak sebagai alat untuk mengemas makna abstrak ke dalam bentuk konkret (angka, kata, atau visual). Persamaan matematika (E = mc^2) adalah simbol yang memadatkan konsep relativitas Einstein; kata "demokrasi" mewakili sistem politik kompleks.
Ketika makna-makna (pikiran-pikiran telah dikemas dengan tanda kata dan angka, diri terdorong untuk mencari kata dan simbol yang tepat bagi setiap makna yang hendak diungkapnya sendiri juga mencari makna dalam benaknya saat diri lain mengungkap makna melalui kata yang dipilihnya bila ingin memahaminya melalui komunikasi dua arah:
Enkoding. Yaitu mencari simbol tepat untuk merepresentasikan makna (misalnya, memilih kata "keadilan" alih-alih "keputusan" dalam debat filosofis).
Dekoding. Yaitu menerjemahkan simbol kembali ke makna (misalnya, memahami konteks historis saat membaca teks kuno).
Logika makna dan logika tanda adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Yang pertama membangun struktur berpikir, sementara yang kedua menjadi jembatan untuk berbagi pengetahuan, kolaborasi, dan kemajuan peradaban. Tanpa logika tanda, pikiran manusia tetap terisolasi; tanpa logika makna, simbol kehilangan makna.
Manusia yang mensyukuri karunia akal perlu berpikir dan memproduksi pikiran tentang tema apapun, terutama tentang realitas, Tuhan, semesta dan manusia dengan logika makna dan perlu mengungkapkan pikiran-pikiran logis dengan tanda, terutama diksi dan kosa yang siginifikan dan akurat.