Hak dan Kewajiban Mata dalam Kehidupan
Menurut Imam Ali Zainal Abidin, mata adalah nikmat besar dari Allah yang harus digunakan secara benar. Mata tidak hanya merupakan jendela bagi manusia untuk menikmati keindahan ciptaan Allah, tetapi juga harus dijaga agar tidak digunakan pada hal-hal yang haram. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata bahwa mata adalah indra yang paling mulia dan harus dijauhkan dari pandangan yang melalaikan atau mengganggu zikir kepada Allah.
Imam Zainal Abidin menyebutkan tiga aspek utama dalam penggunaan mata. Pertama, menghindari pandangan yang haram, yaitu menjaga agar mata tidak melihat hal-hal yang dilarang, termasuk aurat atau aib orang lain. Kedua, menggunakan mata sebagai pintu untuk memperoleh pelajaran, misalnya dari sejarah atau pengalaman hidup manusia. Ketiga, meningkatkan penggunaan mata untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
1. Menjaga Pandangan dari Hal-Hal yang Diharamkan
Dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadis, umat Islam diperintahkan untuk menjaga pandangan. Allah berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.’” (QS. An-Nur: 30). Larangan serupa juga disampaikan untuk wanita beriman agar menjaga pandangan mereka. Pandangan yang diharamkan, menurut Imam Shadiq, adalah seperti anak panah iblis yang dapat merusak hati dan menimbulkan penyesalan panjang. Rasulullah juga memperingatkan bahwa siapa pun yang melanggar dengan pandangan haram akan mendapatkan siksaan berat pada hari kiamat.
2. Menggunakan Mata untuk Mengambil Pelajaran
Imam Zainal Abidin mengajarkan bahwa mata seharusnya digunakan untuk memetik pelajaran dari kehidupan orang lain. Melalui pengamatan, manusia bisa belajar dari kesalahan dan akibat perbuatan orang lain, seperti melihat bagaimana kaum yang berbuat zalim akhirnya menerima hukuman dari Allah, misalnya Firaun atau Yazid. Imam Shadiq menekankan bahwa orang yang bahagia adalah mereka yang dapat belajar dari kehidupan orang lain.
3. Meningkatkan Penglihatan sebagai Sarana Ilmu
Penglihatan juga merupakan sarana untuk mencari ilmu, misalnya dengan membaca. Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan bahwa seseorang yang hari ini sama dengan kemarin tanpa ada penambahan ilmu adalah orang yang merugi. Melalui membaca dan memandang sesuatu yang mendatangkan pengetahuan, manusia bisa memperoleh nilai tambah dan menjadi pribadi yang lebih bernilai di sisi Allah.