Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Anak Yatim Gaza dan Warisan Imam Ali bin Abi Thalib di Malam Lailatul Qadr (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka Allah akan menuliskan untuknya kebaikan sebanyak jumlah rambut yang disentuh tangannya.” (Musnad Ahmad, Hadis 22215)

Jika kita ingin mengikuti jejak Rasulullah dan Imam Ali, kita tidak bisa hanya berhenti pada doa dan simpati. Kita harus bergerak. Hari Quds yang akan kita peringati di penghujung Ramadan 2025 bukan sekadar demonstrasi, tetapi juga momentum untuk membuktikan bahwa kita tidak melupakan mereka yang ditinggalkan.

Quds Day adalah peringatan yang diwariskan oleh Imam Khomeini untuk membangkitkan kesadaran umat Islam terhadap perjuangan Palestina. Beliau mengatakan:

“Hari Quds bukan sekadar hari Palestina, tetapi hari Islam. Hari kebangkitan Islam. Hari ketika kebenaran menghadapi kebatilan.”

Hari Quds bukan hanya soal demonstrasi di jalan-jalan, melainkan juga refleksi atas bagaimana kita bisa lebih berperan dalam perjuangan Palestina. Apa yang telah kita lakukan untuk anak-anak yatim Gaza? Sudahkah kita membantu mereka dalam bentuk nyata? Ataukah kita hanya menangis di depan layar tanpa tindakan?

Malam 21 Ramadan adalah malam kepedihan, sebagaimana setiap malam di Gaza adalah malam kesedihan bagi anak-anak yang kehilangan orang tua mereka. Namun, perjuangan Imam Ali tidak berhenti di Kufah, dan perjuangan rakyat Palestina tidak akan berhenti di Gaza. Anak-anak yatim mereka akan tumbuh menjadi generasi perlawanan, mengingat bahwa ayah mereka gugur bukan sebagai korban, tetapi sebagai syuhada yang memperjuangkan kebebasan.

Lailatul Qadr adalah malam di mana segala takdir ditetapkan, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 1-5)

Jika malam ini lebih baik dari seribu bulan, maka inilah saatnya kita berdoa dan berbuat sesuatu untuk mereka yang menderita di Gaza. Lailatul Qadr bukan hanya tentang ibadah individual, tetapi juga tentang bagaimana kita mengubah takdir umat.

Imam Ali pernah berkata:

“Jika ada seorang miskin yang kelaparan di sekitar kita, maka itu bukan karena Allah tidak memberi rezeki kepadanya, tetapi karena orang-orang kaya menahan hak mereka.”

Begitu pula dengan anak-anak yatim Gaza. Mereka tidak seharusnya menderita jika umat Islam bersatu untuk membantu mereka. Namun, kita masih terpecah, sibuk dengan urusan masing-masing, sementara mereka terus berjuang melawan ketidakadilan seorang diri.

Jika kita benar-benar mengikuti jejak Imam Ali, kita harus memastikan bahwa anak-anak Gaza tidak terabaikan. Kita harus menjadi tangan yang mengusap kepala mereka, menjadi suara yang membela hak mereka, dan menjadi barisan yang berdiri melawan kezaliman. Sebab, di dalam mereka, kita melihat warisan Ali, dan dalam perjuangan mereka, kita melihat jalan menuju kebebasan Palestina.