Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Apakah Imam Mahdi Afs Maksum?

0 Pendapat 00.0 / 5

Kadang-kadang kita bertanya apakah Imam Mahdi Afs juga maksum? Sumber anggapan ini boleh jadi bertitik-tolak dari tiga perkara: Pertama, adanya diskriminasi dan sikap membeda-bedakan di antara para Imam Maksum As. Kedua, usia beliau yang masih belia namun telah menduduki posisi imamah; Ketiga, usianya yang panjang. Apabila perkara pertama yang menjadi penyebab mengemukanya pertanyaan ini maka harus dikatakan bahwa seluruh dua belas Imam dalam perspektif Syiah adalah semuanya merupakan cahaya yang satu dan di antara mereka tidak terdapat perbedaan dari sudut pandang syarat-syarat menduduki posisi imamah. Karena itu titik-tolak seluruh imam adalah sulbi-sulbi dan rahim-rahim suci mereka. Semenjak usia belia hingga wafatnya, sulbi-sulibi dan rahim-rahim mereka adalah suci (mutahhar) dan terjaga dari segala macam kesalahan, kelupaan dan kelalaian.

Apabila sumber pertanyaan berasal dari perkara kedua maka harus diperhatikan bahwa usia kecil Imam Mahdi tidak sama dengan usia kecil manusia lainnya. Dan semenjak masa kecil beliau telah berada dalam penjagaan Ilahi. Hal ini membuatnya semenjak masa kecil hingga masa dewasa (baligh) terjaga dari segala jenis kelalaian, kelupaan dan maksiat. Usia tua, jasmani, pikiran dan mental yang renta karena panjang umur tidak akan menimpanya, dimana karena kelemahan dan ketuaan sehingga beliau dapat lalai, lupa dan bermaksiat. Dengan demikian, asumsi dosa dan lupa baginya merupakan asumsi yang keliru dan hingga kini tidak ada satu pun laporan tentang masalah ini! Karena itu para Imam Maksum tidak semestinya dibandingkan sebagaimana manusia lainnya dan hukum-hukum lainnya tidak dapat dikenakan kepadanya.

Berbeda dengan agama dan mazhab dalam Islam lainnya, mazhab Syiah meyakini kemaksuman (ishmah) para nabi As selama hidup mereka semenjak masa kecil hingga wafatnya demikian juga para Imam Maksum pada seluruh dimensi hidup mereka.

Yang dimaksud dengan kemaksuman (ishmah) adalah kepemilikan yang merupakan anugerah Tuhan yang bertitik tolak dari ilmu gaib, penyaksian (syuhud) gaib, kehendak kuat yang menjadi penyebab para maksum terjaga dari segala jenis kesalahan, kelupaan dan perbuatan dosa pada seluruh tingkatan pemahaman, penyampaian dan pelaksanaan wahyu, baik diterima secara langsung seperti para nabi atau tidak langsung seperti para Imam Maksum As.

Hal ini diberlakukan supaya petunjuk Ilahi dapat dipersembahkan kepada manusia dan dijalankan dalam kehidupan mereka sehingga mereka semuanya memiliki potensi untuk menanjak mendaki puncak kemanusiaan tanpa adanya intervensi dan campur tangan orang yang menyampaikannya. Tujuan ini dapat terlaksana hanya dengan adanya kemaksuman (ishmah) yang berlaku pada seluruh kehidupan mereka. Kalau tidak demikian maka hal ini akan menciderai dimensi wilayah dan hidayah para nabi atau imam sehingga kedudukan mereka jatuh di hati-hati manusia. Wahyu murni tidak akan sampai kepada manusia atau dijelaskan dan ditafsirkan dengan keliru serta petunjuk yang dihasilkan dari wahyu tersebut tidak akan tercapai.

Imam Mahdi Ajf yang telah ditetapkan keimamahannya melalui ragam metode juga tidak terkecuali dari kaidah ini. Karena itu keimamahan beliau meniscayakan kemaksuman beliau pada seluruh dimensi hidupnya semenjak lahirnya hingga akhir usianya. Sehingga tidak lagi tersisa asumsi akan terjadinya kesalahan dan kekeliruan dalam pikiran dan perbuatan beliau.

Bukan hal yang mudah untuk memahami kedudukan dan derajat Imam Mahdi Ajf secara umum dan kemaksuman serta ilmu beliau secara khusus. Karena itu, kita harus mengakui kelemahan kita dan menghindar untuk membanding-bandingkan beliau dengan manusia biasa lainnya. Imam Ali As bersabda: “Sesungguhnya urusan kami sulit dan rumit. Tak ada orang yang dapat memikulnya kecuali orang beriman (kepada yang gaib) yang hatinya telah diuji Allah dengan keimanan. Tradisi kita tak akan terpelihara kecuali oleh hati yang terpercaya dan (manusia) yang berpengertian yang kokoh.”[1]

Bersambung...