Filsafat dan Hidup Kita Sendiri Part-1 (2)
Kedua, jiwa binatang. Jiwa ini tidak hanya memiliki potensi untuk bertumbuh tetapi juga berkehendak. Kehendak pada jiwa binatang (al-nafs al-haywaniyyah) inilah yang membedakan jiwa binatang dengan jiwa tumbuhan. Selain berkehendak, jiwa binatang ini juga mulai punya potensi merasakan yang umumnya sering dibahasakan dengan ‘insting’. Hewan memiliki insting yang kuat dalam merasakan gejala bencana alam.
Ketiga, jiwa rasional (al-nafs al-natiqiyyah). Jiwa ini memiliki potensialitas tertinggi diri manusia yaitu, berpikir rasional. Dengan berpikir rasional, manusia bisa mengkonstruk nilai benar-salah (logika), baik-buruk (moral). Kemampuan ini hanya dimiliki oleh manusia saja. Sedangkan tumbuhan hanya memiliki jiwa tumbuhan dan hewan hanya memiliki jiwa tumbuhan dan hewan, sedangkan manusia memiliki seluruh jiwa yang dimiliki oleh tumbuhan dan hewan sekaligus memiliki potensialitas yang lebih tinggi daripada sekedar bertumbuh dan merasa, berkehendak, tetapi juga bisa membangun nilai atas setiap pertumbuhan, kehendak dan geraknya berdasarkan kriteria kebenaran dan kebaikan yang dikonstruk.
Jiwa rasional tidak semata-mata aktual begitu saja dalam diri manusia, melainkan perlu diasah sehingga potensi berpikir rasional menjadi aktual. Ibn Sina dalam klasifikasi lainnya, membagi tahapan kemampuan berpikir manusia menjadi empat (4) yaitu. Akal material (al-Aql al-Maddi), akal potensial (al-Aql al-Malaka), akal aktual (al-Aql bil fi’il) dan akal perolehan (al-Aql al-Mustafad). Pertama, akal material (al-Aql al-Maddi),
Akal material (al-Aql al-Maddi) adalah potensialitas dasar manusia utk melakukan aktivitas berpikir. Adapun akal potensial (al-Aql al-Malaka) adalah manusia mulai menerima berbagai macam informasi berupa gambaran dan konsep-konsep sederhana yang ada di pikirannya yang merupakan hasil interaksi dirinya dengan lingkungan di luar dirinya. Ini adalah fungsi pertama dari rasio manusia, setelah itu ada tingkatan setelahnya yaitu akal aktual (al-Aql bil fi’il), fungsi akal pada tahap ini sudah menjadi aktivitas berpikir yang lebih tinggi lagi dari sekedar menghimpun gambaran, tetapi juga melakukan proses klasifikasi hingga penilaian benar-salah, baik buruk. Terakhir ada akal perolehan (al-Aql al-Mustafad), akal ini berhubungan dengan akal aktif yang memberikan informasi secara langsung.
Akal berperan penting dalam membuat keputusan-keputusan yang didasari oleh pengetahuan yang benar. Akal sebagai bagian dari entitas jiwa punya peran besar dalam menentukan sikap dan tindakan seseorang, oleh karena itu mengenal akal beserta fungsinya dan juga cara kerjanya akan membuat manusia bisa memilah apa yang benar dan salah.
[1] Referensi untuk mengenal filsafat Barat bisa merujuk pada buku dari Bertrand Russel yang berjudul A History of Western Philosophy dan rujukan falsafah Islam mengacu pada buku A History of Muslim Philosophy karya M.M. Syarif.
[2] KBBI mendefinisikan dialektika sebagai “hal berbahasa dan bernalar dengan dialog sebagai cara menyelidiki suatu masalah.
[3] Man arafa nafsah, faqad arafa rabbah (siapa mengenal dirinya, maka dia telah mengenal Tuhannya)
[4] Murtadha Muthahhari, Pengantar Epistemologi Islam (Jakarta: Sadra Press, 2010).