Dalam Bayang Kemiskinan: Sebuah Ziarah Kemanusiaan Melintasi Zaman (2)
Modernitas dan Ketimpangan Global
Revolusi industri menjanjikan kemajuan. Namun Karl Marx menulis, “The history of all hitherto existing society is the history of class struggles.” Kota-kota seperti Manchester dan London menjadi pusat penderitaan kaum buruh.
Di dunia kini, kemiskinan masih menyelimuti. Data dari World Bank (2023):
• 659 juta orang hidup dalam kemiskinan ekstrem (< $ 2.15/hari).
• 80% dari populasi termiskin hidup di Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan.
• 1 dari 3 anak di negara berkembang mengalami kekurangan gizi.
Peluang seseorang keluar dari kemiskinan bergantung pada:
1. Kelas sosial saat lahir
2. Akses pendidikan
3. Status minoritas (etnis, gender)
Menurut laporan Global Social Mobility Index (WEF, 2020), anak-anak dari kuintil termiskin di negara berkembang hanya memiliki peluang 1 dari 10 untuk mencapai kuintil terkaya.
Probabilitas dan Kasih
Kemiskinan adalah soal probabilitas. Bukan pilihan. Sebuah lotre kelahiran yang tak adil. Seperti ditulis oleh filsuf John Rawls dalam A Theory of Justice (1971):
“Justice as fairness requires that inequalities be arranged to benefit the least advantaged.”
Ekonom Amartya Sen menunjukkan bahwa kemiskinan bukan hanya tentang pendapatan, tapi juga capability deprivation— kekurangan pilihan dan agensi.
Jika dunia terus mendasarkan distribusi hanya pada performansi dan daya saing, maka milyaran orang akan tetap tertinggal karena mereka memulai dari posisi terburuk.
Epilog: Dunia yang Mengasihi
Dunia yang sejahtera bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tetapi tentang keadilan distributif. Kesejahteraan bukan hadiah, tapi hak. Dan sistem sosial mestilah mencerminkan Kasih Ilahi, yang tidak menilai dari skor atau kekuatan, tetapi dari kebutuhan dan kelembutan.
Bagi yang lahir miskin, probabilitas keadilan harus ditingkatkan: melalui pendidikan universal, jaminan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan sistem zakat atau redistribusi kekayaan.
Karena, seperti kata Khalil Gibran:
“The most pitiful among men is he who turns his dreams into silver and gold.”
Dan tugas kita, umat manusia, bukanlah mengukur keberhasilan dari kuasa, tapi dari seberapa besar kita mengangkat yang paling lemah.
Jelang 25 tahun Milad Perak IJABI 1 Juli 2025 ini, ijinkan saya menutup tulisan ringkas ini dengan mengutip pesan dari Allahyarham K.H . Jalaluddin Rakhmat, pendiri sekaligus Sprititual & Intellectual Master dari IJABI yang kita cintai.
“Pada suatu hari, Nabi Musa melewati orang yang sedang menangis, merintih memohon ampunan. Ketika Musa kembali ke tempat yang sama, ia masih menemukan orang itu sedang menangis. “Tuhanku, hamba-Mu menangis karena takut kepada-Mu,” kata Kalimullah. Tuhan menjawab langsung:
“Wahai Musa, seandainya otaknya mengalir bersama linangan airmatanya sekalipun, Aku tidak akan mengampuninya, karena ia sangat cinta dunia.” (Jalaluddin Rakhmat, Jangan Bakar Taman Surgamu, hal. 14)
Selanjutnya, di buku yang sama,
“Tuhan berkata kepada Musa, “Hai Musa, tahukah kamu bahwa ada seorang hamba-Ku yang dosa-dosa dan kesalahannya mengisi seluruh sudut langit. Tapi Aku ampuni dia. Aku tidak peduli dengan dosa-dosanya.”
“Yaa Rabb, kaifa laa tubaalii? Tuhanku, kenapa Engkau tidak peduli?”
Karena satu perkara mulia yang ada pada diri orang itu, yang Aku cintai. Karena kecintaannya kepada mukmin yang miskin. Ia bergaul dengan mereka, menyamakan dirinya dengan mereka, tidak menyombongkan dirinya di atas mereka, dan ketika ia berbuat begitu, Aku ampuni dosa-dosanya. Aku tidak peduli.” (Jalaluddin Rakhmat, Jangan Bakar Taman Surgamu, hal.15)
*) Dimitri Mahayana, Sekretaris Dewan Syura IJABI
Referensi:
• World Bank. (2023). Poverty and Shared Prosperity Report.
• Oxfam India. (2020). Time to Care: Inequality Report.
• Rawls, J. (1971). A Theory of Justice.
• Sen, A. (1999). Development as Freedom.
• Finley, M. (1981). Economy and Society in Ancient Greece.
• Tabari, M. (915). Tarikh al-Rusul wa al-Muluk.
• Brenner, R. (1976). Agrarian Class Structure and Economic Development.
• Gibran, K. (1923). The Prophet.
• Global Inequality Lab. (2022). World Inequality Report.
• World Economic Forum. (2020). Global Social Mobility Index.
• Rakhmat, J (2017), Jangan Bakar Taman Surgamu
• https://dorar.net/hadith/sharh/35254
• ChatGpt