Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (2)
Peristiwa Kurban Nabi Ibrahim as dalam Al Quran
Dalam Surat Ash-Shaffat ayat 99–107, peristiwa kurban dijelaskan secara rinci. Setelah bertahun-tahun berdoa, Allah Swt mengaruniakan seorang anak yang saleh kepada Nabi Ibrahim. Ketika Ismail mencapai usia remaja, Ibrahim bermimpi bahwa ia harus menyembelih anaknya: “Maka ketika anak itu telah sanggup berusaha bersama-sama dia, (Ibrahim) berkata: Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.”
(Ismail menjawab:) “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
(QS. Ash-Shaffat: 102)
Di sini, kepasrahan ayah dan anak merupakan lambang dari puncak penghambaan kepada kehendak ilahi. Allah melanjutkan firman-Nya:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di pelipisnya. Kami memanggilnya: Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Ash-Shaffat: 103–105)
Kata “أَسْلَمَا” (keduanya berserah diri) menunjukkan bahwa baik Ibrahim maupun Ismail telah tunduk sepenuhnya pada perintah Allah Swt—dan inilah esensi dari tazkiyah.

