Imam Husein as Adalah Ruh Kemanusiaan (1)
Imam Husein as mengetahui bahwa keadilan dan kemerdekaan bagi sebuah masyarakat ibarat oksigen bagi paru-paru. Mereka yang mengarahkan masyarakat kepada keadilan dan kemerdekaan, maka nilai-nilai kemanusiaan telah berjasa atas pengabdian agungnya. Begitulah cara Imam Husein as mengusung panji kemanusiaannya. Pribadi mulia ini telah menciptakan sebuah peristiwa besar demi tegaknya agama Allah Swt dan nilai-nilai kemanusiaan. Padang Karbala telah menjadi dunia sejuta kenangan, baik yang menyayat hati dan mengucurkan air mata atau mengilhami ruh manusia untuk bersikap mulia dan berani dalam memerangi penindasan. Karbala adalah tempat peristirahatan manusia agung dan teladan kemanusiaan.
Ketika kita melangkah memasuki komplek pemakaman Imam Husein as di Padang Karbala, maka kebesaran jiwa dan kedudukan mulia beliau akan menyihir kita dan setiap orang yang mencari setitik kedamaian di sana. Para peziarah dengan penuh kesantunan dan khusyuk berkata: "Salam atasmu wahai pahlawan Islam dan Muslimin. Wahai pemimpinku, aku bersaksi bahwa engkau adalah pelita yang tidak pernah ternodai oleh kegelapan sepanjang sejarah. Aku bersaksi bahwa engkau adalah pilar-pilar agama yang kokoh dan benteng yang kuat serta insan yang beriman. Dan aku juga bersaksi bahwa engkau adalah seorang pemimpin yang baik dan bertaqwa, tali petunjuk Ilahi dan hujjah Allah Swt kepada penduduk bumi."
Tidak begitu jauh dari posisi makam Imam Husein as, ada sebuah lorong gelap yang berakhir pada sebuah kamar kecil. Di sana juga terdapat sebuah kerangkeng besi serupa makam yang diterangi cahaya remang-remang. Di sanalah tempat manusia agung itu meneguk cawan syahadah. Seorang pribadi yang senantiasa dicium dahinya dan dicintai oleh Rasulullah Saw, terbaring setelah diserang dari segala penjuru oleh manusia-manusia keji.
Kerangkeng besi makam Imam Husein as memiliki enam sudut. Dua sudut tambahan itu dijadikan sebagai tempat pemakaman Ali Akbar, bayi mungil Imam Husein as, yang dipanah saat dahaga mencekik. Kerangkeng besi itu sengaja dibuat enam sudut sehingga jelas tempat pemakaman Ali Akbar. Imam Sajjad as tercatat sebagai satu-satunya putra Imam Husein as yang tersisa di medan tempur dan terbaring sakit.
Di sekitar kerangkeng besi makam Imam Husein as, ada sebuah tempat lagi yang menyerupai jendela baja besar. Di sana terpahat nama para syuhada Padang Karbala. Mereka adalah sahabat setia Imam Husein as yang berperang hingga tetes darah penghabisan. Manusia-manusia mulia itu tetap setia meski Imam Husein as telah mencabut baiatnya dari mereka. Di tempat itu, Imam Sajjad as mengumpulkan jasad-jasad anggota keluarga dan sahabat Imam Husein as untuk dimakamkan.
Pergi berziarah ke Padang Karbala ibarat mengikat janji setia dengan Imam Husein as agar tujuan dan jalannya tidak terlupakan. Para peziarah berkata penuh khidmat: "Wahai putra Rasulullah Saw! Aku bersaksi bahwa engkau telah menyeru kepada keadilan. Engkau adalah orang yang paling jujur dan bijak. Engkau juga bersikap jujur dan ikhlas atas seruan-seruanmu kepada masyarakat. Aku bersaksi bahwa engkau telah menunaikan kewajiban dengan menghendaki kebaikan untuk semua dan berjihad di jalan Allah Swt serta menghambakan diri kepada-Nya dengan keikhlasan yang sempurna. Semoga Allah Swt memberikan sebaik-baiknya pahala kepadamu."
Peringatan peristiwa Asyura dan penghormatan luhur kepada Imam Husein as senantiasa dipentaskan sepanjang sejarah. Penguasa Bani Abbasiyah, Mutawakkil, termasuk salah seorang yang paling memusuhi Ahlul Bait as. Ia akan murka setiap kali melihat masyarakat berkumpul di Karbala dan meratapi kepergian Imam Husein as. Mutawakkil tak segan-segan memberi perintah penghancuran makam suci Imam Husein as dan pengusiran orang-orang yang berkumpul di sana. Dia bahkan tidak mengizinkan seorang pun menampakkan batang hidungnya di Padang Karbala.
Bersambung...