Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Asyura telah Mengukir Semangat Juang dan Cinta (1)

0 Pendapat 00.0 / 5

Karbala, sebuah kawasan di Irak. Mungkin dapat dikatakan bahwa dalam sejarah Islam tidak ada sebuah revolusi yang dari segi geografis dan masa berlakunya, lebih kecil dan lebih singkat daripada revolusi Karbala. Dalam tragedi ini, seluruh pengikut Imam Husein as yang berjumlah 72 orang, behadapan dengan bala tentara Yazid berjumlah 30.000 dengan persenjataan lengkap. Meski demikian, peristiwa ini termasuk yang terbesar, paling menakjubkan dan berpengaruh paling luas dalam sejarah Islam. Imam Husein as dan keluarga dekat serta pengikut yang menyertainya dalam peristiwa ini, telah mementaskan seluruh keindahan, keagungan dan kemuliaan hidup manusia.

Di masa kini, tragedi Asyura sudah bukan lagi sekedar sebuah peristiwa bersejarah. Ia adalah sebuah pusat idiologi, sistim politik, sebuah album kebudayaan dan nilai-nilai keagungan. Kebangkitan menuntut hak ini, menyeruak dari perasaan, ketajaman pandangan, pilihan kebebasan, yang bersumber dari pandangan luas pemimpinnya, yaitu Imam Husein as. Untuk itulah, semangat Huseini ini, bagaikan obor penerang, tampil sebagai teladan bagi kebangkitan-kebangkitan penuntut kemerdekaan di dunia. Rasul Allah Saw bersabda, "Syahadah Imam Husein as akan selalu mengobarkan semangat di dalam dada kaum beriman yang tidak akan pernah padam."

Syarat utama untuk menelusuri jalan kebenaran ialah keterbebasan dari hawa nafsu, dan kemerdekaan diri dari segala macam ikatan duniawi. Siapa pun yang masih terikat dengan tali-tali keterikatan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, dan membatasi kehidupannya dengan penjara-penjara hawa nafsu, tidak akan pernah berhasil mencapai tujuan-tujuan mulia. Ketika seseorang hendak mengambil keputusan-keputusan besar, maka segala macam ikatan hawa nafsu itu, bagaikan rantai yang mengikat kaki, akan mencegahnya untuk melangkah. Demikianlah, kekayaan, pangkat, kesenangan dan kenikmatan duniawi, jika telah menguasai seseorang, akan mencegahnya mencapai tujuan-tujuan mulia.

Imam Husein as, pengibar bendera cinta dan kasih sayang, iman dan pengorbanan, adalah pewaris yang sesungguhnya ayah dan kakek beliau. Beliau merasa tidak mungkin berdiam diri menyaksikan ajaran-ajaran agama menjadi bahan permainan di tangan para penguasa tak layak. Dalam rangka membela agama dan kemerdekaan, sejak awal langkahnya menuju Karbala, Imam Husein as telah mendorong para pengikutnya untuk membersihkan diri dari segala macam kotoran jiwa. Beliau telah menjelaskan tujuan gerakan beliau, sekaligus akhir dari perjalanan ini, yaitu gugur di atas jalan Allah. Kemudian, pada hari kesepuluh bulan Muharram, atau Asyura, dengan pengorbanannya yang sedemikian tinggi itu, beliau as telah mengukir sejarah dengan tinta emasnya, tentang ketinggian harkat dan martabat manusia, seraya melecehkan segala macam daya tarik materi dan duniawi.

Dalam catatan emas sejarah Asyura, kebaikan dan kebenaran telah dipisahkan dari keburukan dan kesesatan. Catatan ini menunjukkan kepada manusia, bagaimana seharusnya mencintai Tuhan. Bagaimana seseorang pencinta, harus membela nilai-nilai kesucian, dan bagaimana seseorang, dalam puncak ketersendirian dan keterasingannya, memerankan semangat pengorbanan abadi. Setelah Yazid naik sebagai penguasa berkat kecurangan ayahnya, Muawiyah, datang permintaan dari pihak Yazid, agar Imam Husein as berbaiat, menyatakan kesetiaan kepada penguasa lalim ini. Jika tidak maka beliau akan dibunuh.

Imam Husein as yang merupakan manusia suci, terdidik di rumah yang merupakan sumber kesucian dan kemuliaan, sudah barang tentu, tidak mungkin berbaiat kepada penguasa sesat seperti Yazid. Untuk itu dengan tegas beliau mengatakan, "Tidak. Demi Allah, aku tidak akan menjulurkan tangan kehinaan kepada manusia-manusia rendah ini, dan tidak akan pernah menyerah, bagaikan budak, di depan mereka." Dengan sikap tegasnya ini, Imam Husein as mengajarkan kepada kita bahwa ketika suatu kekuatan berkuasa lalu berusaha menghancurkan nilai-nilai kemuliaan dan menebarkan nilai-nilai rendah dan sesat di tengah masyarakat, maka saat itulah kewajiban kita untuk bangkit menentang kekuatan tersebut, betapa pun akibat yang harus ditanggung. Dalam pandangan Imam Husein as, munculnya kekuasaan lalim dan sesat saat itu, akan membahayakan kelanggengan ajaran-ajaran agama.

Bersambung...