“Alhamdu Lillah ‘ala ‘Azhiimi Roziyyatii” (2)
Seperti kata Al-Qur’an:
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Bersabarlah, dan kesabaranmu itu tidak lain melainkan karena Allah.” (QS An-Nahl 127)
الإمامُ الباقرُ (عَلَيهِ الّسَلامُ) : المؤمنُ أصْلَبُ مِن الجَبلِ ، الجَبلُ يُسْتَقَلُّ مِنه ، والمؤمنُ لا يُسْتَقَلُّ مِن دِينِه شَيءٌ.
Imam al-Baqir (a.s.) berkata, “Orang yang beriman itu lebih kukuh dari gunung, karena gunung itu dapat bergeser dari tempatnya, sedangkan mukmin tidak ada dapat bergeser dari agamanya sedikit pun.” [al-Kafi, jilid 2, hal. 241, no. 37]
الإمامُ الصّادقُ (عَلَيهِ الّسَلامُ) : إنّ المؤمنَ أشدُّ مِن زُبَرِ الحديدِ ، إنّ زُبرَ الحديدِ إذا دَخلَ النّار تَغيّرَ ، وإنّ المؤمنَ لو قُتِلَ ثُمّ نُشِرَ ثُمّ قُتِلَ لم يَتغيّرْ قلبُهُ.
Imam Shadiq as berkata, ‘Sesungguhnya orang yang beriman itu lebih keras dari potongan besi. Sesungguhnya potongan-potongan besi yang dimasukkan ke dalam api akan berubah. Sedangkan orang yang beriman, jika ia terbunuh, kemudian dibangkitkan, dan kemudian terbunuh lagi, hatinya tidak akan berubah untuk selama-lamanya.’ [Bihar al-Anwar, jilid 67, hal. 303, no. 34]
ـ رسولُ اللهِِ (صَلَّيَ اللهُ عَلَيهِ وَ آلِهِ) : تَقولُ جَهَنَّمُ لِلمُؤمِنِ يَومَ القِيامَةِ : جُز يا مُؤمِنُ فَقَد أطفَأَ نورُكَ لَهَبي.
Rasulullah (saw): Neraka akan berkata kepada orang yang beriman pada hari kiamat: Pergilah kamu, orang yang beriman! Karena cahayamu telah memadamkan apiku.
الإمامُ الصّادقُ (عَلَيهِ الّسَلامُ) : إنَّ المُؤمِنَ لَيَزهَرُ نورُهُ لاِءَهلِ السَّماءِ كَما تَزهَرُ نُجومُ السَّماءِ لاِءَهلِ الأَرضِ.
Imam Al-Sadiq (sa): Cahaya orang mukmin bersinar bagi penduduk langit sebagaimana bintang-bintang di langit bersinar bagi penduduk bumi.
Maka , sungguh para sahabat Al Husain yang telah mengorbankan segalanya bagi Al Husain… mereka adalah mukmin. Yaa Laitani kuntu ma’ahum fa afuuza ma’ahum
Dan bagi seorang pecinta Husain. Kebersamaan dengan Imam Husain as dan Syahadah adalah impian. Sebagaimana sebuah riwayat. Sekiranya seseorang mencintai batu, maka ia akan dibangkitkan bersamanya. Syahadah dan kebersamaan nan penuh makna. Syahadah dan kebersamaan dalam adab dan akhlak, dalam pengorbanan yang paripurna, dalam kasih sayang, dalam itsar, dalam memberikan segalanya bukan karena kebencian, tapi karena cinta.
Itulah Insan Kamil . Mereka yang menerobos hijab kegelapan dan cahaya, dan tak berjarak dengan Allah. Biarkan hati kita melantunkan :
يا ليتني كنت معهم فأفوز معهم
“Wahai andai aku bersama mereka, agar aku menang bersama mereka...”
Bersama siapa?
Bersama Husain
bersama Habib ibn Mazahir,
bersama Zuhair ibn Qain,
bersama Abbas
bersama Ali al-Akbar…
Bersama Zainab
Bersama Ruqayyah
Bersama Sukainah
Bersama Ummul Banin…
Dan jika keimanan Muhammad tidak tegak kecuali dengan darahku…
Maka seperti kata yang dinisbatkan pada Abu ‘Abdillah ‘alaihis salam:
إن كان دين محمد لا يستقيم إلا بقتلي، فيا سيوف خذيني
“Jika agama Muhammad tidak akan tegak kecuali dengan darahku, maka wahai pedang-pedang, ambillah aku!“
Maka Muharram ini…
Tangisan demi tangisan bukan kelemahan, tapi patri-patri kesetiaan…
Air mata demi air mata bukan kecengengan, tapi air mata darah yang akan mengalahkan pedang…
Dan ketika kita mengucapkan:
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ حَمْدَ الشَّاكِرِينَ عَلَى مُصَابِهِمْ، الحَمدُ للهِ عَلى عَظيمِ رَزِيّتي…
Kita sedang mematri jiwa kita pada jalan Husain — jalan cinta, jalan pengorbanan, jalan kebangkitan…
Wahai para pencinta Husain, Wahai para peziarah Karbala
Sambutlah musibah ini dengan sebaik ratapan nan dipenuhi dengan kesadaran, dengan sebaik tangisan nan kokoh dengan pembelaan, dengan tetes air mata yang memperbaharui tekad:
Yaa Aba ‘Abdillah
Akulah kapal
Engkaulah nahkoda
Bawalah aku dalam bahari cintamu
Bahari asmaramu….
كل يوم عاشوراء، كل أرض كربلاء
“Setiap hari adalah Asyura, dan setiap tanah adalah Karbala.”