Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

‘Ubaidillah bin Hurr Al-Ju’fi Mitos Jalan Tengah (3)

0 Pendapat 00.0 / 5

Di dalam naskah Ziarah Warits, terdapat bacaan do’a yang menyuarakan kutukan ilahi bagi siapa saja yang mendengar peristiwa tragis itu dan menerimanya dengan keridhaan, sebagai tanda kecaman atas kezaliman. Teks Arabnya adalah sebagai berikut:

“فَلَعَنَ اللَّهُ أُمَّةً قَتَلَتْكَ، وَلَعَنَ اللَّهُ أُمَّةً ظَلَمَتْكَ، وَلَعَنَ اللَّهُ أُمَّةً سَمِعَتْ بِذَلِكَ فَرَضِيَتْ بِهِ”

Artinya:

“Dan laknatlah Allah atas umat yang membunuhmu, dan laknatlah Allah atas umat yang menzalimmu, dan laknatlah Allah atas umat yang mendengar hal ini dan ridha dengannya.”

Ziarah Asyura dan Ziarah Warits mengajarkan pada kita, bahwa dalam hal Imam Husain as, tidak ada jalan tengah. Netralitas dalam hal ini adalah kesalahan besar.

Kesiapan Untuk Memilih

Karbala bak pentas semesta. Di sana ada barisan mereka yang mantap memilih Husain. Ada barisan yang mantap memilih menyembelih Husain. Ada barisan peragu yang mungkin merasa dirinya ada di jalan tengah 

Hurr adalah komandan pasukan Kufah yang awalnya ditugaskan untuk mengawasi dan menahan gerak Husain. Namun, dalam kesendiriannya, saat ia menyaksikan wajah Husain yang memancar cahaya, kelembutan yang tak mungkin dipalsukan, dan mendengar tangisan anak-anak kehausan yang tak diberi setetes air pun oleh rezim Yazid, terjadi ledakan batin dalam dirinya. Ia berkata kepada dirinya sendiri: “Aku dihadapkan pada dua pilihan: surga dan neraka. Demi Allah, aku tidak akan memilih neraka.” Maka ia ubah arah kudanya dan jiwanya. Ia tinggalkan pangkat, pasukan, dan keselamatan dunia. Ia sambut kematian karena ia tahu itu adalah kehidupan yang sejati.

Begitu pula Zuhair ibn Qain, seorang pria yang dikenal sebagai simpatisan Utsmani, bahkan awalnya enggan bertemu Husain. Namun setelah berdialog dengan putra Fatimah, tampak bahwa kebenaran menyentuh akar terdalam jiwanya. Dalam sekejap, sejarahnya berubah. Ia menjadi salah satu pembela paling gagah di barisan Husain. Apa yang membuat perubahan ini terjadi? Bukan argumen, bukan tekanan, tapi isti’dad—kesiapan batin yang sejak awal menyimpan kerinduan pada yang hak, namun baru mekar saat disentuh cahaya kenabian.

Sebaliknya, lihatlah Umar ibn Sa’ad. Ia tahu siapa Husain. Ia menangis ketika menimbang pilihannya. Ia bahkan berkata: “Aku tahu, jika aku membunuh Husain, aku akan masuk neraka.” Tapi ia juga berkata, “Tapi apa gunanya neraka jika aku kehilangan kekuasaan atas Rey?” Maka ia memilih kekuasaan. 

Dalam diri Hurr dan Zuhayr kita melihat beberapa hal,

Keterbukaan untuk Menyimak dan mengikuti yang benar: 

الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ

(Yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.661) Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah ululalbab (orang-orang yang mempunyai akal sehat). (QS 39:18)

Penyesalan , Introspeksi dan Maqam Taubat: Hurr menyadari kesalahannya dalam menghalangi Imam Husain as. Penyesalan ini menjadi pendorong utama baginya untuk bertobat dan ingin menjadi ia yang pertama kali berkorban untuk Imam Husain as.

اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Kecuali, orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh. Maka, Allah mengganti kejahatan mereka (dengan) kebaikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 25:70)

Melepaskan Cinta Dunia (khuruuj min hubbid dunya): Hurr sebelum Asyura memiliki karir yang teramat tinggi di kalangan Imperium Umayah. Ia adalah komandan pasukan. Setelah jatuh cinta pada Al Husain as pada Malam Asyura, ia meninggalkan segalanya demi cintanya pada Al Husain as. 

Dalam doa Abu Hamzah ats-Tsumali,

سَيِّدِي أَخْرِجْ حُبَّ الدُّنْيا مِنْ قَلْبِي

Wahai Tuanku, keluarkanlah kecintaan terhadap dunia dari hatiku.

وَاجْمَعْ بَيْنِي وَبَيْنَ المُصْطَفى وَآلِهِ

dan pertemukanlah aku dengan al-Muṣṭafā (Nabi Muhammad) dan keluarganya,

خِيَرَتِكَ مِنْ خَلْقِكَ وَخاتَمِ النَّبِيِّينَ صَلّى الله عَلَيْهِ وَآلِهِ

yang merupakan orang-orang pilihan-Mu dari seluruh ciptaan-Mu, dan penutup para nabi—ṣallallāhu ʿalayhi wa ālih.

وَانْقُلْنِي إِلى دَرَجَةِ التَوْبَةِ إِلَيْكَ

Dan pindahkanlah aku ke tingkatan taubat sejati kepada-Mu.

Akhlaq Mulia: Sejarah menunjukkan betapa mulia adab Hurr terhadap Imam Husain as. Ia dan pasukannya tetap shalat dibelakang Imam Husain as walau Imam Husain as adalah kubu musuh. Dan Hurr mencegah dirinya untuk membantah Imam Husain as. Demikian pula Zuhair dan istrinya yang langsung menjawab panggilan Cucu Nabi saw dan amat menghormati Imam Husain as walau dia berpandangan Utsmani. Dan ia langsung melepaskan segalanya demi membela Al-Husain as. 

Kapan Panggilan Ilahi Itu Tiba? Apakah Kita Sudah Siap?

Seringkali kedatangan Panggilan Ilahi adalah pada saat yang tak terduga. Ia tiba-tiba datang. Seperti panggilan Ilahi pada Zuhair dan Hurr. Apakah bila Pangilan Ilahi tiba pada kita untuk berjuang dan mengorbankan diri kita, kita akan memilih menjadi Zuhair atau Hurr atau kita malah akan memilih menjadi Umar bin Sa’ad? Atau kita ragu sehingga menyesal tanpa akhir seperti ‘Ubaidillah bin Hurr Al Ju’fi?

Setiap jiwa memiliki kesempatan memilih jalan kebenaran, tetapi seringkali Panggilan Ilahi datang pada saat yang tak diduga-duga pada kita. Mungkinkah itu terjadi esok hari? Mungkinkah itu akan terjadi minggu depan? Apakah kita benar-benar telah siap?

مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضٰى نَحْبَهٗۙ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُۖ وَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًاۙ 

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu. Mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya) (QS al-Ahzab: 23)

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًاۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ 

Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya. (QS Ali Imran: 169)

Wa maa taufiiqii illa billah, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniib.

Arumsari, 9 Muharram 1446 H