Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Keluarga & Masyarakat

Kebahagiaan (2)

Kebahagiaan (2)

Para ulama juga membedakan antara kebahagiaan (sa‘ādah) dan kesengsaraan (syaqāwah). Baik ruh maupun jasad memiliki bentuk kebahagiaan dan kesengsaraannya masing-masing. Namun, karena manusia terdiri dari tubuh yang fana dan jiwa yang abadi, maka hakikat kebahagiaan sejati sesungguhnya terletak pada jiwa. Ilmu, ketakwaan, dan sejenisnya termasuk ke dalam kebahagiaan ruhani.

Baca Yang lain

Kebahagiaan (1)

Kebahagiaan (1) Kebahagiaan sejati, pada akhirnya, tidak terletak pada harta, kekayaan, maupun kekuasaan. Semua itu dapat mempermudah kehidupan, tetapi tidak menjamin ketenangan jiwa. Kebahagiaan hakiki adalah milik manusia dan masyarakat yang berhasil meraih ketenangan hati serta kedamaian batin melalui penyucian jiwa dan pengabdian kepada Allah.   

Baca Yang lain

Ujian atau Peringatan? Menafsir Musibah dari Jejak Tangan Kita Sendiri (2)

Ujian atau Peringatan? Menafsir Musibah dari Jejak Tangan Kita Sendiri (2) Di banyak negeri, termasuk negeri-negeri Muslim, sumber daya alam berubah menjadi medan pertarungan antara rakyat kecil yang ingin hidup dan kelompok berkuasa yang ingin menumpuk keuntungan. Hutan yang seharusnya menjadi penopang kehidupan ditebang habis demi proyek tambang atau perkebunan raksasa. Sungai-sungai yang dulunya jernih kini penuh limbah industri. Gunung-gunung yang sakral bagi penduduk lokal dikeruk sampai ke tulang.  

Baca Yang lain

Ujian atau Peringatan? Menafsir Musibah dari Jejak Tangan Kita Sendiri (1)

Ujian atau Peringatan? Menafsir Musibah dari Jejak Tangan Kita Sendiri (1) Bencana tidak selalu berarti hukuman. Tetapi bencana bisa menjadi peringatan, peringatan bahwa kita telah jauh dari amanat Ilahi. Bahwa ada sesuatu yang salah dalam cara kita berkuasa, cara kita berproduksi, cara kita membangun, cara kita memaknai kemajuan.

Baca Yang lain

Kemuliaan Manusia

Kemuliaan Manusia Salah satu tema penting dalam Al-Qur’an adalah penegasan tentang kemuliaan eksistensial manusia. Allah Swt tidak hanya menciptakan manusia dalam bentuk terbaik, tetapi juga menempatkannya pada posisi yang dapat disejajarkan dengan malaikat. Hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan manusia bukan sekadar anugerah pasif, melainkan sebuah potensi yang menuntut aktualisasi melalui ilmu, iman, amal, dan kesucian jiwa.   

Baca Yang lain

Kemuliaan Manusia

Kemuliaan Manusia Walhasil, al-Qur’an memberikan kerangka teologis yang menegaskan bahwa manusia bukan sekadar makhluk biologis, melainkan ciptaan mulia yang mampu menapaki maqam malaikat, bahkan melampauinya. Tugas manusia adalah menjaga dan mengaktualisasikan kemuliaan ini melalui ilmu, iman, amal saleh, penyucian diri, dan pengabdian kepada Allah. Sebab, hanya dengan demikian manusia dapat mencapai maqam kemuliaan yang sejati.   

Baca Yang lain

Keinginan yang Menghinakan (2)

Keinginan yang Menghinakan (2) Al-Qur’an sendiri menegaskan pentingnya tidak mengikuti hawa nafsu yang menyesatkan:  وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ  “Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Ṣhad [38]: 26) 

Baca Yang lain

Keinginan yang Menghinakan (1)

Keinginan yang Menghinakan (1) وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ  “Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang beriman.” (QS. al-Munafiqun [63]: 8)  Dengan demikian, pengendalian keinginan adalah syarat mutlak untuk menjaga kemuliaan diri seorang mukmin. 

Baca Yang lain

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya(4)

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya(4) Maka orang tua sejati bukan hanya mereka yang membesarkan anak dalam tubuh, tetapi mereka yang menanamkan cahaya tauhid dalam jiwanya. Karena dari rahim-rahim suci itulah lahir Hasan dan Husain, dua wewangian surga yang menjadi teladan sepanjang zaman.  

Baca Yang lain

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya(3)

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya(3) Rasulullah saw pernah ditanya tentang anak yang lahir tidak menyerupai kedua orang tuanya. Beliau menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki sembilan puluh sembilan garis keturunan, dan ketika sperma menetap dalam rahim, gen dari kedua belah pihak bergerak, memohon kepada Allah agar kemiripan mereka tampak pada anak itu. Karena itu, setiap anak membawa warisan genetik yang kompleks dari ayah dan ibu hingga jauh ke atas leluhurnya. (Bihar al-Anwar, jilid 103, hlm. 104)

Baca Yang lain

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya (2)

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya (2) Anak saleh adalah rahmat dan amanah, bukan kebanggaan semata. Ia lahir dari pilihan suci, doa, dan keteladanan. Sebagaimana bunga yang tumbuh dari tanah yang bersih, begitu pula jiwa anak tumbuh dari rahim keimanan dan kasih sayang.

Baca Yang lain

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya (1)

Dari Rahim Keimanan Lahir Generasi Cahaya (1) Anak saleh adalah rahmat dan amanah, bukan kebanggaan semata. Ia lahir dari pilihan suci, doa, dan keteladanan. Sebagaimana bunga yang tumbuh dari tanah yang bersih, begitu pula jiwa anak tumbuh dari rahim keimanan dan kasih sayang.

Baca Yang lain

Janganlah Engkau Gusar Di Jalan Hidayah!

Janganlah Engkau Gusar Di Jalan Hidayah! یَا مَعْشَرَ النَّاسِ! أَلَا فَمَنْ سُئِلَ عَنْ قَاتِلِی فَزَعَمَ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَقَدْ قَتَلَنِی.  Wahai manusia, siapa yang ditanya tentang orang yang membunuhku dan dia mengakui dia (pembunuhku) sebagai orang beriman, maka sungguh dia telah membunuhku.”

Baca Yang lain

Sekolah Batin: Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati (2)

Sekolah Batin: Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati (2) Hal ini sangat ditekankan dalam ajaran tasawuf dan filsafat Islam, di mana penyucian jiwa merupakan syarat untuk memperoleh ilmu hakiki. Mulla Sadra, misalnya, menegaskan bahwa pengetahuan sejati hanya dapat dicapai melalui kesucian jiwa, bukan sekadar penumpukan konsep-konsep rasional.   

Baca Yang lain

Sekolah Batin: Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati (1)

Sekolah Batin: Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati (1) Dalam perjalanan intelektual manusia, pendidikan formal—baik di pesantren, madrasah, maupun universitas—memiliki peran penting dalam membentuk pengetahuan dan keterampilan. Namun, pendidikan lahiriah ini bukanlah satu-satunya jalan menuju kesempurnaan manusia. Di balik itu, terdapat sebuah “sekolah batin” yang menekankan pada pembinaan hati, jiwa, dan dimensi terdalam dari diri manusia. Sekolah inilah yang dalam tradisi religius disebut sebagai medan latihan spiritual, di mana manusia berinteraksi langsung dengan Allah, nabi-nabi, dan imam-imam sebagai guru hakikinya.   

Baca Yang lain

10 Tips Sukses Dalam Bermasyarakat Ajaran Imam Ali Ar Ridha as (2)

10 Tips Sukses Dalam Bermasyarakat Ajaran Imam Ali Ar Ridha as (2) Demikianlah apa yang beliau nasihatkan kepada kita bahwa  akal seorang Muslim tidaklah sempurna kecuali dengan sepuluh sifat. Melalui sepuluh sifat dan perangai ini, seorang akan meraih kesuksesan dalam bermasyarakat dan menjadi hamba Allah yang mulia, di sisi Allah dan di mata masyarakat pada umumnya:   

Baca Yang lain

10 Tips Sukses Dalam Bermasyarakat Ajaran Imam Ali Ar Ridha as (1)

10 Tips Sukses Dalam Bermasyarakat Ajaran Imam Ali Ar Ridha as  (1) Syeikh Ibnu Syu’bah Al Harrâni meriwayatkan sebuah mutiara hikmah dari Imam Ali Ar Ridha as. yang dapat menjadi pedoman hidup dan pilar kesuksesan dalam bergaul dan membangun relasi dalam hubungan bersosial. Belai as berkata:   

Baca Yang lain

Mengapa Islam Menekankan Tanggung Jawab Individu dan Sosial? (2)

Mengapa Islam Menekankan Tanggung Jawab Individu dan Sosial? (2) Hadis ini membangkitkan semangat solidaritas dalam diri manusia sedemikian rupa sehingga penderitaan orang lain adalah penderitaan semua orang dan kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaan semua orang.  

Baca Yang lain

Mengapa Islam Menekankan Tanggung Jawab Individu dan Sosial? (1)

Mengapa Islam Menekankan Tanggung Jawab Individu dan Sosial? (1) Islam adalah agama sosial yang mempertimbangkan semua aspek kehidupan manusia, baik individu maupun dimensi sosial. Dari perspektif agama Islam, hidup tidak akan lengkap dan bahagia tanpa mempertimbangkan kedua dimensi tersebut.  

Baca Yang lain

Bagaimana Manusia Bersikap Proaktif dalam Kebaikan (2)

Bagaimana Manusia Bersikap Proaktif dalam Kebaikan (2) Di dunia yang serba cepat saat ini, betapa banyak kebutuhan tersembunyi di balik kebisuan individu. Seorang rekan kerja yang tidak meminta bantuan karena takut dipermalukan atau tetangga yang menahan lapar karena harga diri.  

Baca Yang lain