Dosa Kolektif dan Kehancuran Bangsa: Seruan dari Al-Qur’an dan Ahlulbait (2)
Dua Cermin: Yusuf as dan Kaum Saba’
Untuk memahami hubungan antara takwa dan keselamatan sosial, Al-Qur’an memperlihatkan dua gambaran kontras.
Pertama, kisah Nabi Yusuf as, yang dalam kesendirian dan penindasan, tetap menjaga integritas dan takwa. Ia menolak godaan, menahan dendam, dan akhirnya menjadi penyelamat bangsa Mesir dari krisis besar. Ketakwaannya menjadi sumber kebangkitan ekonomi dan politik.
Kedua, kisah Kaum Saba’, yang hidup dalam limpahan nikmat dan kemakmuran, tetapi jatuh dalam kelengahan dan pemborosan. Mereka tidak bersyukur, tidak adil, dan abai terhadap tanggung jawab sosial. Maka Allah mencabut nikmat mereka melalui banjir besar:
“Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir besar.”
(QS Saba [34]: 16)
Dua kisah ini menyiratkan satu pesan tegas: takwa menyelamatkan, dosa membinasakan.
Diamnya Umat dan Pemimpin atas Kezaliman Zionis
Hari ini, tragedi Palestina, khususnya di Gaza, menjadi bukti nyata bagaimana kezaliman global berlangsung di depan mata dunia. Rezim Zionis melakukan genosida, penghancuran masjid, blokade kemanusiaan, dan penistaan tempat suci. Namun yang paling memilukan bukan hanya kekejaman musuh, tetapi diamnya banyak umat dan pemimpin Islam.
Diam ini adalah bentuk dosa sosial. Ia bukan netralitas, melainkan pengkhianatan terhadap nilai-nilai ilahi. Mereka yang seharusnya bersuara malah menghitung untung-rugi politik dan ekonomi di atas darah syuhada Gaza.
Imam Ali as berseru:
“Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang baik.”
Apakah ini bukan bentuk kufur terhadap nikmat kemerdekaan, kekayaan, dan kedudukan yang Allah berikan kepada sebagian negeri Islam?
Apakah umat ini tidak takut akan dicabutnya nikmat, digantikannya kemuliaan dengan kehinaan?
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.”
(QS Thaha [20]: 124)
Sebaliknya, Allah menjanjikan:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”
(QS At-Talaq [65]: 2)
Jalan Keselamatan: Takwa dan Perlawanan terhadap Kezaliman
Solusi bagi umat ini bukan sekadar reformasi politik atau gerakan ekonomi. Solusi hakiki dimulai dari dalam diri: kembali kepada takwa, menjauhi dosa pribadi maupun sosial, dan berani berdiri melawan kezaliman. Takwa bukan hanya menjauhi zina dan riba, tetapi juga bangkit membela kebenaran, menyuarakan keadilan, dan menolak tunduk kepada penguasa zalim.
Takwa adalah asas keberkahan. Dosa adalah pangkal kehancuran. Sunnatullah tidak mengenal pengecualian.
Sunnatullah Berlaku di Setiap Zaman
Pesan Al-Qur’an dan Ahlulbait as sangat jelas: umat yang berdosa akan dibinasakan, dan umat yang bertakwa akan diberkahi. Dunia Islam hari ini tidak sedang kekurangan sumber daya, tetapi kekurangan keberanian moral. Yang dibutuhkan bukan sekadar analisis, tapi revolusi batin yang melahirkan ketegasan sikap.
Sunnatullah akan terus berlaku, dan sejarah akan mencatat: Siapa yang diam, dan siapa yang berdiri.

