Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mengapa Doa Tidak Dikabulkan? Jawaban Menyentak dari Imam Ali as (1)

0 Pendapat 00.0 / 5

Diriwayatkan dalam Safinah al-Bihar, jilid 1, halaman 448–449, di tengah kerumunan umat pada hari Jumat yang agung, Imam Ali bin Abi Thalib as—sang pewaris ilmu Nabi dan pemegang panji kebenaran—berdiri di atas mimbar. Suaranya menggetarkan, kata-katanya memecah diam yang sunyi. Di akhir khutbahnya, beliau menyebut tujuh bencana yang telah menggerogoti tubuh umat. Bencana-bencana itu tak kasat mata, namun menghancurkan bangunan iman dari dalam.

Namun hari itu tak hanya khutbah yang disampaikan, melainkan juga peringatan tajam yang menyentuh lubuk jiwa. Dari kerumunan itu, seseorang berdiri dan bertanya: “Wahai Amirul Mukminin, mengapa doa-doa kami tidak dikabulkan, padahal Allah telah berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan’?”

Maka terbitlah jawaban yang bukan hanya untuk penanya itu, melainkan juga untuk setiap hati yang pernah merintih dalam sujud namun tak kunjung mendapati jawaban langit. Jawaban itu datang dari sumber hikmah, dari lisan suci yang tak pernah menyimpang dari kebenaran.

Tujuh Bencana di Tubuh Umat

Sebelum menjawab pertanyaan itu, Imam Ali as menyebut tujuh penyakit umat yang merusak akhlak kolektif mereka:

1. Orang pintar yang culas – Ilmu yang tak dibimbing oleh takwa akan berubah menjadi alat manipulasi dan pengkhianatan. Kecerdasan tanpa cahaya petunjuk adalah jalan tercepat menuju kehancuran.

2. Orang yang bosan beribadah – Ia mengaku mencintai Allah, namun lelah berjumpa dalam sujud dan zikir.

3. Orang mukmin yang curang – Iman yang semestinya memancarkan amanah malah menjadi topeng untuk menyembunyikan kecurangan.

4. Orang dipercaya yang berkhianat – Kepercayaan yang dikhianati tak hanya merusak hubungan manusia, tapi juga mengoyak langit.

5. Orang kaya yang bakhil – Kekayaan yang seharusnya menjadi jalan berbagi justru menjadi tembok penghalang dari rahmat Allah.

6. Orang mulia yang merendahkan diri – Ia tak lagi menjaga kehormatan diri di hadapan hawa nafsu dan dunia.

7. Orang fakir yang sombong – Padahal kefakiran adalah ladang kesabaran dan keikhlasan, bukan tempat untuk meninggikan ego.

Bersambung...