Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Imam Ridha as: Syahid di Jalan Kebenaran, Hidup dalam Cinta Abadi (1)

0 Pendapat 00.0 / 5

Hari kesyahidan Imam Ali bin Musa al-Ridha as (148–203 H) merupakan salah satu lembaran paling getir dalam sejarah Ahlulbait Nabi saw. Imam kedelapan yang dikenal dengan gelar Ridha—yang diridhai Allah dan Rasul-Nya—menjadi korban kezhaliman penguasa Abbasiyah, Khalifah al-Ma’mun. Di balik racun yang merenggut nyawanya, tersimpan kisah panjang perjuangan seorang imam suci dalam mempertahankan risalah Islam yang murni. [Al-Mufid, al-Irsyad, jilid 2]

Latar Sejarah dan Politik

Setelah menyingkirkan saudaranya, al-Amin, al-Ma’mun menghadapi krisis legitimasi. Banyak kaum Muslimin menolak pemerintahannya yang dianggap zalim. Untuk meredam gelombang protes, ia mengundang Imam Ridha as dari Madinah ke Marv (Khurasan) dan dengan penuh rekayasa politik menunjuknya sebagai putra mahkota (wali al-‘ahd). Namun, strategi ini berbalik arah. Kehadiran Imam justru menyingkap hakikat sejati kepemimpinan Ahlulbait, membuat rakyat semakin mencintai beliau, dan menjadikan al-Ma’mun kian resah. [Ya‘qubi, Tarikh al-Ya‘qubi, jilid 2, hlm. 479]

Imam Ridha as dikenal sebagai sosok berilmu yang unggul dalam perdebatan dengan para cendekia lintas agama. Ulama besar Yahudi, Kristen, Zoroaster, bahkan para filosof Yunani yang diundang ke istana tidak mampu menandingi argumentasinya. Sementara itu, sambutan hangat masyarakat terhadap Imam, termasuk pada peristiwa Salat Id di Merv, menambah kekhawatiran al-Ma’mun. [Shaykh al-Saduq, Uyun Akhbar al-Ridha, jilid 2]

Riwayat Kesyahidan

Riwayat sejarah sepakat bahwa Imam Ridha as wafat karena diracun, meski detailnya beragam. Sebagian menyebut racun diberikan dalam buah delima, sebagian dalam anggur, bahkan ada yang menuturkan racun itu dicampurkan ke dalam makanan dengan rekayasa Abdullah bin Basyir atas perintah al-Ma’mun. [Al-Mufid, al-Irsyad, jilid 2, hlm. 270]

Sebagian riwayat menyebut hari hari kesyahidannya adalah pada hari Jumat atau Senin, dengan tanggal berbeda—namun mayoritas ulama menyebut akhir bulan Shafar tahun 203 H sebagai hari kesyahidan beliau pada usia 55 tahun. [al-Kulaini, al-Kafi; al-Mufid, al-Irsyad]

Tarikh Ya‘qubi meriwayatkan bahwa Imam wafat di Thus, sebuah wilayah dekat Khurasan, setelah menderita sakit singkat akibat racun. Syekh Mufid menuturkan al-Ma’mun dengan licik memerintahkan agar racun itu dimasukkan ke dalam minuman yang kemudian disuguhkan kepada Imam. Hanya berselang beberapa hari, cahaya kehidupan Imam yang penuh barakah itu padam. [Ya‘qubi, Tarikh al-Ya‘qubi, jilid 2; Al-Mufid, al-Irsyad]

Sejarawan Ibnu Hibban menulis, “Ali bin Musa al-Ridha wafat lantaran racun yang diberikan al-Ma’mun pada tahun 203 H.” [Ibnu Hibban, Kitab al-Thiqat, jilid 8] Bagi para pengikut Ahlulbait, tidak ada keraguan bahwa Imam Ridha as adalah syahid, seorang pejuang yang dibunuh oleh penguasa zalim karena kebenaran yang ia bela.

Bersambung ...