Pentingnya Amal untuk Mencapai Irfan (2)
Padahal, ayat-ayat tentang kiamat menunjukkan bahwa semua hakikat, khususnya hubungan dengan Allah, akan tersingkap bagi semua orang, “Dan mereka akan tahu bahwa Allah adalah Kebenaran Yang Nyata.”[8] Ini berarti bahwa golongan yang terhalang ini tidak mendapatkan manfaat dari tersingkapnya hakikat-hakikat ini, walau mereka menyaksikannya.
Sebab itu, keyakinan dan amal saleh akan menampakkan dan mengukuhkan hubungan manusia dengan Allah dan hakikat semesta, sebab hubungan ini, mau tak mau, memang ada. Di lain pihak, keyakinan batil dan amal tercela akan memutus hubungan ini dan menyeret manusia kepada azab.
Imam Musa as berkata, ”Sesungguhnya Allah menyokong orang mukmin dengan ruh dari-Nya, tiap kali dia berbuat baik dan bertakwa. Ruh ini akan menjauh darinya saat ia berbuat dosa dan kemungkaran. Ketika mukmin berbuat kebaikan, ruh ini akan membubung karena merasa gembira. Dan saat ia berbuat dosa, ruh ini akan tersungkur dan derajatnya menukik turun.”[9]
Banyak ayat dan riwayat yang menjelaskan bertambahnya iman jika disertai amal saleh.[10] Atau yang menjelaskan bahwa keyakinan batil, amal tercela, dan penentangan terhadap Allah akan menyebabkan pengingkaran hakikat,[11] kerugian,[12] terhalang dari manfaat hubungan dengan hakikat, dan jatuh dalam siksaan.[13] Selain itu, ayat-ayat Al-Quran juga menunjukkan bahwa iman dan amal saleh berpengaruh penting dalam tatanan penciptaan, “Andai para penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membuka berkah-berkah langit dan bumi bagi mereka.[14] Sebaliknya, kekufuran dan maksiat berpengaruh negatif pada penciptaan, “Namun mereka mendustakan (kebenaran), maka Kami hukum mereka atas perbuatan mereka.”[15] Ayat lain menyebutkan, “Telah muncul kerusakan di laut dan darat karena perbuatan yang dilakukan manusia.”[16]
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa amal menempati posisi yang sangat penting dalam perjalanan spiritual menuju irfan. Pengetahuan dan keyakinan saja tidak cukup tanpa diwujudkan dalam bentuk amal nyata. Al-Qur’an dan riwayat para Imam Ahlulbait as sama-sama menegaskan keterkaitan erat antara iman, makrifat, dan amal. Iman akan semakin kokoh jika dibarengi amal saleh, dan amal hanya bernilai jika lahir dari makrifat yang benar.
Dengan amal saleh, hati manusia semakin jernih, ruh mendapatkan dukungan Ilahi, dan hubungan dengan Allah menjadi lebih nyata. Sebaliknya, amal buruk dan keyakinan batil justru menutupi hati, menghalangi cahaya kebenaran, serta menjauhkan manusia dari perjumpaan yang menyenangkan dengan Tuhannya. Oleh karena itu, amal bukan sekadar konsekuensi dari iman, tetapi merupakan sarana pokok untuk meneguhkan iman dan mengantarkan manusia pada pengenalan Ilahi yang lebih dalam.
Pada akhirnya, perjalanan menuju Allah adalah keniscayaan bagi setiap manusia. Namun, pertemuan dengan-Nya hanya akan bermakna jika ditempuh dengan iman yang benar dan amal yang saleh. Inilah jalan untuk mencapai irfan sejati: kesatuan pengetahuan, iman, dan amal yang menghantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
[1] Al-Isra` 84.
[2] Ushul al-Kafi 1/44 hadis 2.
[3] Ibid 2/33 hadis 1.
[4] Al-Fathir 9.
[5] Al-Insyiqaq 6.
[6] Al-Insyiqaq 7 dan 15.
[7] Al-Muthaffifin 14-15.
[8] Ath-Thur 25.
[9] Ushul al-Kafi 2/268 hadis 1.
[10] Yunus 9.
[11] Ar-Rum 10.
[12] Al-Ankabut 52; Al-A`raf 9.
[13] Al-Mu`minun 103.
[14] Al-A`raf 96.
[15] Ibid.
[16] Ar-Rum 41.

