Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Dalam buku saya, Proof of Heaven: A Neurosurgeon’s Journey into the Afterlife, saya menjelaskan bahwa kondisi meningitis saya membuat neokorteks saya benar-benar tidak aktif—bukan sekadar koma medis yang diinduksi, tapi kegagalan total yang seharusnya menghapus kesadaran. Namun, pengalaman saya justru lebih jelas daripada kehidupan sehari-hari, dengan detail yang tak bisa dijelaskan oleh ilusi kimiawi. Ini menantang paradigma materialis: jika kesadaran bergantung sepenuhnya pada otak, bagaimana saya bisa “melihat” dan “merasa” ketika otak saya mati? 

Kritik lain datang dari investigasi Esquire pada 2013, yang menyoroti masa lalu saya—termasuk tuntutan malpraktik dan dugaan ketidaksesuaian dalam catatan medis. Mereka mengklaim saya salah menggambarkan penyebab koma saya, dan bahwa saya sadar sebelum diinduksi koma. Saya akui, masa lalu saya tidak sempurna; sebagai manusia, saya pernah melakukan kesalahan. Tapi artikel itu memetik ceri informasi untuk mendiskreditkan saya, sementara pesan inti pengalaman saya tetap utuh. Saya bukanlah orang suci, tapi pengalaman itu mengubah saya dari agnostik menjadi orang yang percaya pada keberadaan Tuhan dan malaikat. Ini bukan tentang saya pribadi; ini tentang bukti bahwa kesadaran melampaui tubuh fisik. 

Sekarang, bayangkan jika pengalaman seperti ini bukanlah anomali. Bruce Greyson, seorang psikiater dan pionir penelitian NDE, telah mendokumentasikan ribuan kasus serupa. Dalam pendekatannya yang empati dan berbasis bukti, Greyson menunjukkan bahwa NDE seringkali mengubah pandangan hidup orang-orang, membuat mereka lebih penuh kasih dan kurang takut pada kematian. “We read this all the time from people who have near-death experiences, that time is not linear but instead everything [past, present, future] happens simultaneously,” katanya, menantang konsep waktu materialis. Penelitiannya, termasuk Skala Greyson untuk mengukur NDE, menunjukkan bahwa pengalaman ini bukan sekadar halusinasi; mereka memiliki pola konsisten yang tidak bisa dijelaskan oleh sains reduksionis semata. 

Bagi Anda yang sulit percaya, izinkan saya berbicara dari hati: Pengalaman ini seperti aroma surga yang menyusup melalui celah-celah sains yang ketat. Itu bukanlah penolakan terhadap sains—saya tetap seorang ilmuwan—tapi undangan untuk memperluasnya. “My experience showed me that the death of the body and the brain are not the end of consciousness, that human experience continues beyond the grave,” dan ini lebih penting daripada yang bisa dibayangkan. Jika otak saya yang mati bisa membuka pintu ke kasih ilahi yang tak terbatas, bayangkan apa yang menanti kita semua. Biarkan aroma itu menyentuh hati Anda; mungkin, di balik keraguan, ada kebenaran yang lebih besar menunggu untuk ditemukan. 

Bersambung...