Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (7)
8. Argumen dari Moralitas dan Keadilan Ilahi (Filsafat Perenial)
Ini adalah argumen yang universal: dunia ini penuh dengan ketidakadilan yang jelas, di mana orang jahat sering makmur dan orang baik menderita. Akal manusia membangunkan bahwa harus ada pengadilan akhir di mana keseimbangan moral dipulihkan. Tanpa kehidupan setelah kematian, alam semesta secara moral tidak masuk akal.
Pikiran kita yang terbatas tidak dapat menerima finalitas kematian sebagai akhir dari sebuah narasi moral yang belum selesai. Pengalaman “tinjauan kehidupan” yang umum dalam NDE, di mana seseorang menilai perbuatannya sendiri, merefleksikan prinsip keadilan ilahi ini.
9. Argumen Rudolf Otto tentang Yang Kudus (The Numinous) (Filsafat Barat Modern)
Rudolf Otto, dalam The Idea of the Holy, mendeskripsikan pengalaman religious sebagai perjumpaan dengan Mysterium Tremendum et Fascinans— suatu misteri yang menggetarkan sekaligus memesona. Pengalaman ini bersifat a priori (ada dalam struktur pikiran manusia) dan menunjukkan realitas yang sama sekali lain (ganz andere).
Pengalaman Alexander di “Core” adalah contoh textbook dari pengalaman numinous: perasaan kagum, ketakutan yang positif, dan ditarik oleh kasih yang memesona dari Sang Pencipta. Otto akan berargumen bahwa universalitas dan kekuatan pengalaman seperti ini adalah bukti indirect untuk realitas transenden yang menjadi sumbernya.
10. Argumen dari Kerinduan Transendental (Filsafat Perenial)
Blaise Pascal menyatakan bahwa ada “lubang berbentuk Tuhan” dalam hati manusia yang tidak dapat diisi oleh hal duniawi manapun. C.S. Lewis berargumen bahwa jika kita menemukan kerinduan yang tidak terpuaskan oleh hal apa pun di dunia ini, maka kemungkinan besar kita diciptakan untuk dunia lain.
Kerinduan manusia akan makna, keabadian, dan kasih sempurna adalah petunjuk bahwa kita ditujukan untuk suatu tujuan yang melampaui eksistensi fana ini. Alexander, yang sebelumnya adalah seorang materialis, menemukan bahwa kerinduannya terpuaskan hanya dalam pengalaman transendennya, yang mengisyaratkan bahwa “aroma surga” itu sesuai dengan bentuk “lubang” dalam kesadaran manusia.
Kesepuluh argumen filsafat ini membentuk sebuah tradisi pemikiran yang kaya dan berlapis yang mendahului dan memperkuat klaim Dr. Alexander. Mereka menunjukkan bahwa pertanyaan tentang kehidupan setelah mati bukanlah hal baru atau tidak ilmiah, tetapi merupakan pencarian mendalam yang telah membentuk pemikiran manusia selama ribuan tahun. Pengalaman Alexander memberikan, bagi banyak orang, bukti empiris kontemporer yang beresonansi dengan kebijaban abadi dari para filsuf ini, menegaskan bahwa kesadaran mungkin memang merupakan pengembara abadi yang sedang singgah sebentar di dunia materi.
Bersambung...

