Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Biografi Imam Hasan Askari as, Ayahanda Imam Mahdi afs (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Pengajaran dan Pemikiran

Imam Hasan Askari as dikenal sebagai seorang alim besar. Beliau menekankan pentingnya akal, kesabaran, dan solidaritas di antara sesama pengikut Ahlulbait. Salah satu perkataannya yang terkenal adalah:

“Ibadah bukan dinilai dari banyaknya salat dan puasa, tetapi dari banyaknya berpikir tentang perkara Ilahi.”
(Tuhaf al-‘Uqul, hlm. 488)

Pernyataan ini menunjukkan bahwa ibadah bukan sekadar ritual, tetapi juga pemahaman dan perenungan mendalam tentang makna hidup serta hubungan dengan Allah.

Dalam bidang tafsir, sebuah karya terkenal bernama Tafsir Imam Hasan Askari dinisbatkan kepada beliau. Meski para ulama berbeda pendapat tentang keaslian penyandaran ini, tidak diragukan bahwa Imam memiliki kontribusi besar dalam pengajaran tafsir Alquran. Banyak hadis beliau yang menafsirkan ayat-ayat kunci, memberi cahaya bagi pemahaman teologi dan etika.

Dalam teologi, beliau mengajarkan tentang tauhid dengan penekanan pada keesaan Allah yang mutlak, tanpa keserupaan dengan makhluk. Beliau menolak diskusi berlebihan tentang “dzat Allah” dan menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta yang tidak menyerupai ciptaan-Nya.

Dalam fikih, beliau dikenal dengan gelar faqih, karena keluasan ilmunya. Beliau memberikan penjelasan tentang persoalan praktis yang muncul di zamannya, seperti penentuan awal Ramadhan dan hukum khumus. Semua itu menunjukkan kelanjutan peran Imam sebagai sumber hukum dan bimbingan spiritual.

Kesyahidan

Imam Hasan Askari as syahid pada tanggal 8 Rabiul Awwal 260 H. Riwayat-riwayat terpercaya menyebut bahwa beliau diracun atas perintah Khalifah Mu’tamid. Sebagaimana sabda Imam Ja’far Shadiq as: “Demi Allah, tak seorang pun dari kami kecuali mati syahid.”

Kesyahidan beliau menjadi duka mendalam. Riwayat menyebutkan bahwa pada hari wafatnya, pasar-pasar di Samarra ditutup, dan semua orang dari Bani Hasyim hingga masyarakat umum ikut mengantarkan jenazah beliau. Imam dimakamkan di rumahnya di Samarra, di samping ayahandanya, Imam Ali al-Hadi as. Makam mereka berdua kini dikenal dengan Haram Askariyain, sebuah tempat suci yang menjadi pusat ziarah. Meski pernah dihancurkan oleh kelompok teroris pada 2005 dan 2007, Haram Askariyain kemudian dibangun kembali dan tetap tegak sebagai simbol cinta dan kesetiaan kepada Ahlulbait.

Peran Strategis: Menyambungkan ke Ghaibah

Periode Imam Hasan Askari as adalah masa transisi penting menuju ghaibah Imam Mahdi afs. Sejak awal, beliau menyembunyikan kelahiran putranya untuk melindunginya dari ancaman Abbasiyah. Hanya segelintir sahabat terpercaya yang menyaksikan keberadaan Imam Mahdi kecil. Karena itu, setelah wafatnya Imam Hasan Askari, sebagian orang bingung dan muncul klaim palsu dari Ja’far. Namun, melalui kesaksian para wakil khusus, keyakinan Syiah diteguhkan bahwa Imam Mahdi benar-benar ada dan dialah hujjah Allah yang terakhir.

Dengan demikian, peran Imam Hasan Askari as sangat strategis: menyiapkan umat menghadapi masa ghaibah. Beliau melatih pengikutnya untuk terbiasa berhubungan melalui wakil, menanamkan kesabaran, dan menegaskan bahwa bumi tidak akan pernah kosong dari hujjah Allah.

Warisan Spiritual

Meski wafat muda, warisan Imam Hasan Askari as sangat kaya. Dari sisi keilmuan, beliau meninggalkan banyak hadis tentang tafsir, akhlak, fiqh, dan akidah. Dari sisi politik, beliau memperlihatkan bagaimana seorang pemimpin spiritual mampu bertahan di bawah tekanan tanpa kehilangan arah. Dari sisi teologis, beliau adalah jembatan menuju keyakinan akan Imam Mahdi afs.

Imam Hasan Askari as adalah teladan kesabaran dalam keterbatasan, teladan keilmuan dalam pengasingan, dan teladan kepemimpinan dalam keheningan. Kisah hidupnya mengingatkan kita bahwa cahaya kebenaran tidak pernah padam meski ditekan oleh kegelapan kekuasaan. Beliau adalah cahaya terakhir sebelum pintu ghaibah terbuka, yang darinya umat menanti janji kemenangan.

Biografi Imam Hasan Askari as bukan sekadar catatan sejarah seorang tokoh yang hidup singkat. Ia adalah kisah perjuangan spiritual dan politik seorang Imam yang menanggung beban besar dalam usia muda. Beliau menanamkan kesadaran bahwa kebenaran tetap tegak meski dalam keterbatasan, dan bahwa Allah selalu menjaga hujjah-Nya di muka bumi.

Hari ini, pusara beliau di Samarra tetap menjadi saksi bisu cinta para peziarah. Dari sana, umat Syiah terus mengingat warisan Imam Hasan Askari as: kesabaran, ilmu, dan persiapan menuju kehadiran sang Imam Mahdi afs yang dijanjikan.