Tingkat Tertinggi Makrifat Hakiki (2)
Allah berbicara kepada semua manusia dan menerangkan akibat perbuatan-perbuatan mereka, Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (bukan demikian) yang benar, Sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.”[3]
Dari penjelasan di atas, juga ayat dan riwayat yang lain, disimpulkan bahwa keyakinan, amal, dan sifat-sifat manusia akan mewujud pada dirinya, atau menghubungkannya dengan hakikat-hakikat, atau menghalanginya untuk mengetahui hakikat-hakikat tersebut, walau dia tetap memperoleh dampak dari tersingkapnya hakikat itu atau dampak terhalangnya dia dari hakikat tersebut. Dari sini, bisa diketahui pentingnya sebuah perjalanan praktis menuju makrifat hakiki bagi orang yang menyadari derajat wujudnya.
Hal-hal Yang Harus Diperhatikan dalam Proses Menuju Makrifat Hakiki
Dari hal-hal di atas telah diketahui bahwa Al-Quran, riwayat, dan jalan hidup Maksumin as menunjukkan hal-hal berikut:
Pertama, ada hakikat-hakikat yang tersembunyi dari akal dan hati kebanyakan manusia.
Kedua, hanya orang-orang terbatas, yang memiliki ilmu dan amal tertentu, yang bisa sampai pada hakikat-hakikat tersebut.
Ketiga, hakikat-hakikat ini adalah makrifat tauhidi. Untuk mencapainya, butuh iman yang sahih dengan mengikuti agama Ilahi, setelah meyakini hal-hal berikut ini:
1.Menerima Hakikat-Hakikat Agama
Jika seseorang ingin meraih hakikat-hakikat agama, ia harus menerima bahwa:
a) Selain ajaran tentang keyakinan, akhlak, dan pengamalan, agama juga mempunyai hakikat-hakikat yang mesti dipahami dengan hati dan jiwa, sama sebagaimana ia menerima ajaran-ajaran agama di atas (akidah dan selainnya) dengan akal dan amal saleh.
b) Manusia memiliki kemungkinan untuk sampai ke hakikat-hakikat ini, karena sejumlah manusia telah sampai kepadanya, setelah mereka memenuhi syarat-syaratnya sesuai kapasitas wujudi yang dimiliki.Bersaambung....

