Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Para Sahabat Nabi saw dan Keutamaan Imam Ali as(3)

0 Pendapat 00.0 / 5

Dan sabdanya yang lain:

“Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya.”
(Mustadrak al-Hakim, Sunan Tirmidzi)

Semua riwayat ini menunjukkan bahwa Ali as adalah poros kebenaran, ilmu, dan kepemimpinan setelah Rasulullah saw.

Menariknya, Khalifah Abbasiyah al-Makmun pernah menyatakan pada tahun 212 H bahwa “Ali bin Abi Thalib adalah manusia paling utama setelah Rasulullah saw.” Pernyataan ini juga diamini oleh banyak ulama Mu’tazilah dan sebagian besar ulama Bashrah dan Baghdad pada masanya.

Namun, sebagian kalangan Ahlusunah berpendapat bahwa seluruh sahabat Nabi adalah adil dan harus dimuliakan tanpa pengecualian. Mereka mengutip beberapa hadis seperti:

“Muliakanlah para sahabatku, karena mereka adalah orang-orang terbaik di antara kalian.”
(Musnad Ahmad)

Atau sabda Nabi saw:

“Sebaik-baiknya masa adalah masaku.”
(Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

Juga sabda beliau:

“Sungguh beruntung orang yang melihatku dan beriman kepadaku.”
(Musnad Ahmad)

Namun, tidak semua ulama sepakat dengan pandangan ini. Sebagian riwayat menunjukkan bahwa ada sahabat yang tergelincir dalam dosa, bahkan kemunafikan. Hudzaifah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Di antara para sahabatku ada dua belas orang munafik. Delapan orang dari mereka tidak akan masuk surga sampai unta masuk ke lubang jarum.”
(Shahih Muslim)

Selain itu, sejarah mencatat adanya peristiwa Saqifah, di mana khalifah pertama dipilih dengan tergesa-gesa bahkan sebelum jenazah Nabi saw dimakamkan.

Sementara itu, hadis Tsaqalain yang terkenal menegaskan:

“Aku tinggalkan di tengah kalian dua pusaka: Kitab Allah dan Ahlulbaitku. Jika kalian berpegang pada keduanya, kalian tidak akan tersesat selamanya.”
(Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa keluarga Nabi, dimulai dari Ali bin Abi Thalib, memegang peran penting dalam menjaga ajaran Islam setelah wafatnya Rasulullah saw.

Semua dalil ini, ketika dibaca secara jernih, tidaklah dimaksudkan untuk menafikan jasa para sahabat lain. Mereka tetap memiliki kedudukan mulia sebagai generasi pertama umat Islam. Namun, Islam juga mengajarkan kejujuran sejarah: memuliakan yang berhak dimuliakan, mengakui kesalahan bila ada, dan tetap menjaga ukhuwah sesama Muslim.

Bagi siapa pun yang ingin menyelami lebih dalam, khazanah ilmu dari kedua mazhab—Sunni maupun Syiah—menyediakan ribuan karya tentang kehidupan Nabi saw, akhlaknya, mukjizatnya, serta posisi para sahabat dan Ahlulbait. Dengan hati yang tulus, siapa pun akan melihat bahwa keutamaan Imam Ali as sebagai penerus spiritual dan moral Rasulullah saw bukan sekadar klaim mazhab tertentu, melainkan fakta sejarah yang berakar pada hadis-hadis sahih dan nash-nash yang kuat.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai umat yang mampu merajut persaudaraan, memuliakan para sahabat dengan adil, dan menempatkan Ahlulbait Nabi saw pada kedudukan yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan.