Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Politisasi Kisah Wafat Nabi Saw (3)

0 Pendapat 00.0 / 5

[Târîkh al Khulafâ’:68.] 
Riwayat dalam laporan Suyûthi yang dirancang dengan rapi di atas ingin mengatakan kepada kita bahwa: 

[A] Riwayat itu ingin menampilkan Abu Bakar sebagai Tokoh yang datang di waktu yang tepat dengan solusi jitu yang super tepat dan akurat yang mampu mengakhiri perslisihan seru para sahabat Nabi saw. 
[B] Hanya Abu Bakar yang memiliki informasi khusus dari Nabi saw dalam hal itu. Tidak seorang pun dari sahabat Nabi saw. tidak terkecuali Ali, Fatimah dan Ahlulbait serta Bani Hasyim yang dipercaya untuk dititipi berita langit ini. Semua mereka tidak layak. Dan hanya Abu Bakar seorang lah yang dipilih Pihak Langit untuk mengemban amanat Ilahi ini. 
Tentu Anda berhak bertanya-tanya sejauh mana kebenaran klaim monopoli sabda suci ini. Klaim monopoli ini bukti bukti yang mendukungnya. Dan sepertiya tidak mudah untuk dihadirkan. Justeru sebaliknya yang terdukung. 

[C] Ucapan Abu Bakar: “Aku mendengar Nabi saw. bersabda: ‘Setiap nabi akan dikebumikan di tempat ia diwafatkan.’ Tidak mendukung klaim monopoli itu. Karena arti: “Aku mendengar” tidak dengan sendirinya berkonotasi bahwa sabda Nabi saw itu disampaikan secara rahasia hanya untuk Abu Bakar seorang. Bisa saja yang lainnya juga mendengar sabda itu dari Nabi saw berbeda seandainya Abu Bakar berkata: “Nabi saw mengabarkan kepadaku.” Atau “Nabi saw. bersabda kepadaku.”redaksi seperti itu lebih tepat menunjukkan makna monopoli informasi. Bahwa Abu Bakar memang dikhususkan dengan amanat petunjuk itu. 
[D] Anehnya, para ulama Ahlusunnah menggolongkan sabda Nabi saw. yang dibawakan Abu Bakar tergolong hadis tunggal, yang hanya diriwayatkan oleh seorang sabahat, karena memang yang lainnya tidak pernah mendengarnya dari Nabi saw. persis dengan kasus hadis yang dirawikan Abu Bakar bahwa para nabi tidak mewariskan, semua harta warisannya adalah menjadi sedekah. 
Terlepas dari diskusi teknis tentang kelemahan kisah monopoli Abu Bakar tentang di mana Nabi saw harus dikebumikan, yang pasti tidak mudah kisah itu diterima. Nuansa politisnya terlalu kentara, sebab sah-sah saja Anda bertanya: Di mana Abu Bakar di saat Nabi saw wafat dan saat hendak dikebumikan? 

Pertanyaan yang mungkin terlihat aneh dan boleh jadi tidak pernah terlintas dalam pikiran banyak orang. Tetapi ini pertanyaan yang sah dan mendesak untuk segera dijawab. 

Dokumen-dokumen pemakaman jenazah suci Nabi saw. melaporkan bahwa Abu Bakar tidak hadir dalam prosesi pemakaman Baginda Nabi Mulia Muhammad saw. Bahkan Aisyah pun tidak mengatahui pemakaman itu kecuali dari suara cangkul yang meratakan tanah ke atas pusara Nabi saw. demikian dilaporkan Ibnu Hisyâm dalam Sîrâh-nya. 

Aisyah berkata: “Kami tidak megatahui pemakaman Nabi saw, sehingga kami mendengar suara cangkul-cangkulan di tengah malam; Malam Rabo.”  

[Sîrâh Ibnu Hisyâm,4/1078, Musnad Ahmad,6/62 dan 242, Sunan al Baihaqi,3/409, Naulul Authâr; asy Syaukâni,4/137 dan banyak sumber terpercaya lain.] 
Riwayat Ibnu Abi Syaibah –Guru Imam Bukhari- di bawah ini sangat jelas dan tegas mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar tidak menghadiri prosesi pemakaman Nabi saw.: “Abu Bakar dan Umar tidak menghadiri pemakaman Nabi saw. Mereka berdua berada di kalangan kaum Anshar. Maka Nabi saw telah dimakamkan sebelum mereka berdua kembali.”   

[Al Mushannaf; Ibnu Abi Syaibah,7/432. Terbitan Maktabah ar Rasyîd – Riyadh/Arab Saudi dan 8/572 dalam terbitan Dâr al Fikr-Beirut/Lebanon] 
Jika demikian kenyataannya, lalu sebenarnya kapan terjadi perdebatan di antara sabahat Anshar dan Muhajirin tentang di mana Nabi saw harus dimakamkan? 

Kenyataan yang tidak banyak diketahui kaum Muslimin, atau sengaja memang dirahasiakan agar kaum Muslimin tidak mengatahuinya adalah bahwa jenazah suci Nabi saw dirawat oleh Ahlubait, keluarga Nabi saw. Mereka yang memandikan, mereka yang mengkafani dan hanya sedikit sahabat Nabi saw. yag meyalati dan berduka bersama keluarga Nabi saw. atas musibah akbar yang menimpa alam semesta dengan wafatnya Sang Nabi Rahmatan Lil ‘Âlamîn Muhammad saw. 

Ali bin Abi Thalib as lah yang telah menjelaskan kepada para sahabat yang melayat ke rumah duka Nabi saw. Tentang semua yang harus dilakukan terhadap jasad suci Rasulullah saw mulai dari prosesi memandikan hingga pemakaman.