Kisah Memilukan Pemakaman Jenazah Nabi Saw (3)
فأتى آت إلى أبي بكر وعمر فقال : إن هذا الحي من الأنصار مع سعد بن عبادة في سقيفة بني ساعدة ، وقد انحازوا إليه ، فإن كان لكم بأمر الناس حاجة فأدركوا قبل أن يتفاقم أمرهم. ورسول الله «صلىاللهعليهوآله» في بيته لم يفرغ من أمره ، قد أغلق دونه الباب أهله.
Maka datanglah seseorang kepada Abu Bakar dan Umar, ia berkata: Sesungguhnya kaum itu dari kalangan Anshar berkumpul bersama Sa’ad bin Ubâdah di Saqifah bani Sâ’idah, mereka berpihak kepadanya. Jika kalian masih memiliki hajat maka cepat susullah/datangi mereka sebelum urusan mereka membesar. Dan saat itu Rasulullah saw di rumah beliau, belum selesai diurus jenazah beliau. Keluarganya menutup pintu.
Jadi:
Demikianlah keadaan kaum Anshar di hari wafat Nabi SAW. Mereka berkumpul di Saqifah dengan tujuan membai’at Sa’ad sebagai Khalifah.
Tetapi?
Tetapi mengapakah mereka berkumpul di Saqifah? Apa yang mendorong mereka mengadakan perkumpulan rahasia itu? Mengapa mereka bergegas untuk menunjuk seorang pemimpin tanpa melibatkan sahabat Muhajirin? Apa yang melatarbelakangi sikap mereka itu?
Semua pertanyaan ini menanti jawaban serius.
Tetapi, sekali lagi, bagaimana keadaan kaum Muhajirin di hari wafat Nabi saw.?
Dokumen-dokumen melaporkan bahwa paling tidak ada dua kelompok di kalangan Sahabat Muhajirin. Satu kelompok berada di dalam kamar tempat jasad suci Rasulullah terbaring. Yaitu bani Hasyim dan beberapa sahabat yang bergabung bersama mereka (al-arkān al-arba’ah), seperti: Ammar bin Yâsir, Abu Dzar al Ghiffâri, Salman al Farisi, Al Miqdad bin al Aswad.
Sementara sekelompok lain, ada yang berduka mendalam seakan tidak percaya akan apa yang terjadi. Seakan mereka tidak sanggup mendengar berita wafat Rasulullah saw. atau karena mereka juga tidak menyangka dan sulit rasanya bagi mereka mendengar perselisihan tajam yang terjadi di Saqifah antara dua kubu yang memperebutkan kekuasaan pasca wafat Nabi saw. sementara jasad Rasulullah saw mereka tinggalkan. Tidak mereka urus.
Barrâ’ bin Âzib menceritakan apa yang terjadi: Ketika orang-orang melakukan apa yang mereka lakukan, aku mengalami kondisi bingung tak terbayangkan, ditambah kesedihan mendalamku akan wafatnya Rasulullah SAW. Aku terus memantau dan memperhatikan wajah-wajah orang-orang. Bani Hasyim telah menyendiri dengan [jasad suci] Rasulullah SAW, untuk memandikan dan marawat jenazah beliau.
[Syarah Nahjul Balâghah; Ibnu Abi al hadîd al Mu’tazili asy Syâfi’i,1/73 dan 2/132.]
Catatan:
Insya Allah laporan Barrâ’ bin Âzib akan kita lanjutkan dalam kesempatan lain.
Ibnu Abdil Barr menegaskan: “Tidak diperselisihkan bahwa yang memandikan jenazah Rasulullah saw. adalah Ali, Fadhl bin Abbas. Ali yang memandikan sedangkan Fadhl membantu menuangkan air.”
[At Tamhîd,24/402. Terbitan Kementerian Urusan Waqaf Maroko, dan Majma’ az Zawâid,9/33]
Demikianlah yang dilaporkan dalam dokumen-dokumen sejarah wafat Nabi SAW. Mereka meninggalkan jasad Nabi SAW. tidak mengurus jasad suci Nabi SAW kecuali Ahlulbait/keluarga Nabi sendiri. Mereka lebih memilih berkumpul di Saqifah. Hingga mereka pun tidak ikut/menghadiri prosesi pemakaman Nabi mereka.
Innâ lillâhi wa Innâ Ilaihi Râji’ûn.

