Keadilan Ilahi: Harmoni Dunia dan Kehidupan Abadi (4)
Dunia sebagai Ladang, Akhirat sebagai Hasil
Islam mengajarkan keseimbangan: dunia adalah ladang, akhirat adalah hasil panen. Barangsiapa menanam dengan benar, ia akan menuai kebaikan abadi. Barangsiapa lalai, ia hanya akan menyesali. Karena itu, Rasulullah saw. sering mengingatkan agar umatnya tidak tertipu oleh dunia. Dalam sebuah hadis beliau bersabda, “Dunia adalah ladang bagi akhirat.” Artinya, segala amal yang dilakukan di sini akan menentukan nasib di sana.
Pandangan ini menghindarkan manusia dari dua sikap ekstrem: mengabaikan dunia karena dianggap hina, atau terjebak sepenuhnya dalam dunia karena terlena dengan kenikmatannya. Dunia memang fana, tetapi ia adalah jalan menuju yang baka. Menjaga keseimbangan antara mengelola kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk akhirat adalah tanda kecerdasan spiritual seorang mukmin.
Pada akhirnya, pandangan dunia Islam mengajarkan keterpaduan: bahwa dunia dan akhirat, kearifan dan keadilan, semuanya terikat dalam satu sistem ilahi yang sempurna. Tugas manusia bukanlah menggugat, melainkan memahami, menerima, dan berjuang di dalam kerangka sistem itu. Kesadaran akan asal, perjalanan, dan tujuan inilah yang membuat hidup penuh makna.
Imam Ali a.s. mengingatkan, “Manusia sedang tidur, ketika mati mereka terbangun.” Dunia ini, dengan segala suka dukanya, hanyalah mimpi singkat. Akhirat adalah kenyataan yang abadi. Siapa yang menyadari hal ini sejak dini, ia akan menjalani hidup dengan lebih tenang, penuh harapan, dan terarah. Dunia hanyalah persinggahan, sedang akhirat adalah rumah sejati kita.

