Sayidah Zainab dan Rahasia Kekuatan Perempuan Beriman
Dunia hari ini menyaksikan gambar-gambar memilukan dari Gaza: anak-anak yang terluka dan ketakutan, para ayah yang mendekap jenazah putra-putri mereka, dan para ibu yang menitikkan air mata di hadapan bayi-bayi yang kini hanya tinggal kain kafan. Derita Gaza terasa nyaris tak tertanggungkan, namun kesabaran dan keteguhan rakyatnya menyingkapkan keajaiban spiritual yang jarang disaksikan zaman modern.
Sebagai seorang perempuan dan ibu, hati saya hancur menyaksikan penderitaan mereka. Namun di saat yang sama, saya juga tergetar oleh kekuatan para perempuan Gaza. Di tengah dentuman bom dan reruntuhan rumah, mereka masih menyalakan bara kehidupan: memberi makan keluarga, merawat anak-anak, menenangkan suami, dan menyebarkan semangat keteguhan kepada sesamanya.
Ironisnya, media Barat selama ini kerap melukiskan perempuan Muslim sebagai sosok lemah, pasif, dan tertindas. Tetapi gambar dari Gaza memukul telak citra palsu itu. Dunia kini melihat sendiri: perempuan Muslim adalah simbol keberanian dan kehormatan. Keteguhan, kesabaran, kebijaksanaan, dan rasa malu (iffah) mereka membuat banyak perempuan Barat mulai meninjau ulang nilai-nilai yang mereka agung-agungkan.
Banyak perempuan non-Muslim kini bertanya-tanya: dari mana datangnya kekuatan batin yang luar biasa itu? Apa yang membuat mereka mampu tersenyum di tengah kehancuran, dan tetap mengucap syukur kepada Tuhan di saat kehilangan segalanya? Pertanyaan itu menggiring mereka untuk menatap ke dalam Islam—ke iman yang melahirkan perempuan-perempuan seperti itu.
Bagi kami umat Islam, keteguhan perempuan Gaza bukanlah hal yang asing. Kami telah mengenal teladan-teladan perempuan tangguh sepanjang sejarah Islam—perempuan yang dengan imannya mengguncang tirani dan menghidupkan kembali ruh kemanusiaan. Salah satu di antara mereka, dan yang paling agung, adalah Sayidah Zainab binti Ali sa, cucu Rasulullah saw.
Bersambung...

