Tingkatan-Tingkatan Syirik (5)
6. Syirik Sosial: Ketundukan kepada Thaghut
Al-Qur’an menegaskan bahwa kekuasaan tirani juga merupakan bentuk syirik sosial. Ketika Fir‘aun menindas Bani Israil, ia menjadikan mereka sebagai “budak-budaknya” bukan dalam arti ritual penyembahan, melainkan penundukan total terhadap sistem kezaliman.
“Dan itulah kebaikan yang telah engkau berikan kepadaku, (sementara) itu engkau telah memperbudak Bani Israil.” (QS. Asy-Syu‘ara: 22)
Imam Ali bin Abi Thalib dalam Khutbah Qashī‘ah menggambarkan penindasan Fir‘aun sebagai bentuk perbudakan terhadap manusia:
“Para Fir‘aun menjadikan mereka budak-budak, memaksa mereka menelan kehinaan, hidup terhina dan tertindas.”
Dengan demikian, setiap sistem yang menundukkan manusia pada kekuasaan selain Allah adalah bentuk perbudakan modern—sebuah syirik sosial.
Al-Qur’an menjanjikan pembebasan sejati hanya di bawah pemerintahan Ilahi:
“Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman yang beramal saleh bahwa Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi… Mereka menyembah-Ku dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Ku.” (QS. An-Nur: 55)
Ketika kekuasaan Ilahi tegak, manusia terbebas dari kepatuhan kepada tiran, dari penyembahan terhadap kekuatan duniawi. Rasulullah ﷺ bersabda tentang Bani Umayyah:
“Apabila Bani Al-‘Ash bin Umayyah telah mencapai tiga puluh orang, mereka akan menjadikan harta Allah sebagai warisan, hamba-hamba Allah sebagai budak, dan agama Allah sebagai alat kekuasaan.”
Hadis ini menegaskan bahwa kezaliman dan diktatorisme adalah bentuk nyata syirik sosial—karena ia menukar kepatuhan kepada Allah dengan ketundukan pada penguasa tiran.
Tauhid sebagai Pembebasan
Tauhid bukan sekadar keyakinan intelektual, tetapi revolusi eksistensial yang membebaskan manusia dari setiap bentuk perbudakan—baik pada benda, manusia, sistem, maupun hawa nafsu.
Setiap tingkat syirik adalah rantai yang mengikat manusia dari arah yang berbeda. Dan setiap langkah menuju tauhid adalah langkah menuju kemerdekaan sejati.
Maka, sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:
“Katakanlah: Tidak ada Tuhan selain Allah, niscaya kalian akan beruntung.”
Ungkapan sederhana ini adalah pedang yang memutus seluruh belenggu. Tauhid adalah puncak kebebasan, dan syirik—dalam bentuk apa pun—adalah wajah lain dari perbudakan.

